Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha mulai melihat potensi untuk masuk dan menggalang dana melalui penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pasca hasil quick count dan penghitungan data real count yang menunjukkan progress signifikan.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan kondisi itu nampak dari tambahan pipeline yang dikantongi oleh BEI. Misalnya, dalam waktu dekat, Bali United juga akan menyusul IPO. Hal ini mengindikasikan saat ini menjadi momentum tepat bagi para perusahaan untuk mencari pendanaan alternatif ke pasar.
“Saya rasa hal juga mengindikasikan animo literasinya sudah mulai baik. Jadi hal itu yang akan membuat euforia terlaksana dengan baik,” jelasnya, Rabu (1/5/2019).
Dia juga optimistis bahwa target 75 emiten baru yang diusung BEI masih bisa dilakukan dengan situasi global dan domestik yang kondusif. Dia menilai masih ada cukup waktu hingga akhir tahun ini sebagai periode pengejaran.
Nafan memproyeksikan sentimen yang bakal terjadi pada akhir tahun ini yakni dari sisi fundamental, CAD yang berkurang, target pencapaian pertumbuhan ekonomi dan GDP.
“Dari sisi eksternal perang dagang mereda, stabilisasi rupiah, serta pergerakan harga komoditas yang semestinya menunjukkan tren positif, hingga antisipasi pertumbuhan ekonomi global yang mungkin terpenuhi,” imbuhnya.
Tak hanya itu, untuk bisa merealisasikan target itu BEI haris tetap rajin melakukan literasi yang juga menyasar dan bisa mengakselerasi para UMKM.
Bursa Efek Indonesia menyebutkan terdapat 27 pipeline perusahaan yang siap melantai hingga periode Juli—Agustus 2019 dari total target tahun ini mencapai 75 emiten.
Membandingkan dengan data pipeline awal April yang dikantongi BEI sebesar 21 emiten.
Direktur Penilaian Perusahaan, I Gede Nyoman Yetna mengatakan dari periode ke periode, minat IPO menunjukkan grafik pertumbuhan. Bahkan, tahun lalu, lanjut dia merupakan capaian tertinggi, yakni sebanyak 57 emiten melantai di bursa dengan kebijakan tax amnesty yang secara kondusif mendukung.
Kendati demikian, lanjut dia, secara global, representasi Indonesia masih tertinggal dari sisi jumlah perusahaan tercatat. Sampai saat ini, total terdapat 629 perusahaan publik, di Indonesia, jauh berbanding terbalik dengan India sebanyak 5.000 emiten.
“Tahun lalu 619 emiten, kini sudah 629 emiten, dan masih ada 27 pipeline melantai di bursa. Kami diamanahkan untuk membuka kesempatan dan membantu perusahaan lainnya yang berniat untuk mencatatkan diri. Selanjutnya, juga kami mengharapkan akan ada kebijakan yang memberikan angin segar,” katanya, Senin (29/4/2019).