Bisnis.com, JAKARTA – Rusia dan China membela Iran terkait pencabutan keringanan sanksi ekspor minyak negara tersebut oleh Amerika Serikat.
Merespons langkah Negeri Paman Sam, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pihaknya berharap ekspor minyak Iran terus berlanjut kendati Washington berusaha memutusnya.
“Saya berharap hal ini [pencabutan sanksi Iran] tidak terjadi pada akhirnya. Namun, secara teoritis kami memiliki perjanjian di bawah OPEC+,” ujarnya dalam konferensi investasi di Beijing, China seperti dilansir dari Reuters, Minggu (28/4/2019).
Terkait dengan upaya AS membujuk Arab Saudi dan sekutu-sekutunya di Timur Tengah untuk menggantikan posisi Iran di pasar minyak, Putin menilai Rusia dan negara anggota OPEC lainnya yang tergabung dalam aliansi OPEC+ masih menjalani pernjanjian pengurangan produksi hingga akhir Juni 2019.
“Kami belum menerima informasi dari mitra Saudi atau siapa pun anggota OPEC, yang menunjukkan mereka siap keluar dari perjanjian tersebut [menggenjot produksi untuk menggantikan Iran],” terangnya.
Putin menambahkan pihaknya tidak mengetahui bagaimana pasar energi global akan bereaksi terhadap pengetatan sanksi atas Iran tersebut.
Baca Juga
Adapun China telah mengajukan komplain kepada AS terkait pencabutan keringanan sanksi Iran. Negeri Panda merupakan merupakan konsumen terbesar minyak Iran.
Berdasarkan data Bea Cukai China, China telah mengimpor minyak Iran sebanyak 29,27 juta ton pada tahun lalu. Jumlah itu setara dengan 585.400 barel per hari atau 6 persen dari total impor minyak China.
China adalah 1 dari 8 pembeli global yang mendapatkan pengecualian untuk mengimpor minyak mentah Iran pada November 2018.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Geng Shuang menyatakan negaranya dengan tegas menentang AS yang memberlakukan sanksi sepihak. Menurutnya, keputusan itu bakal berdampak pada volatilitas di Timur Tengah dan pasar energi global.
“Kami mendesak AS untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab dan memainkan peran yang konstruktif. Bukan sebaliknya,” ucap Geng.
Dia menegaskan kerja sama energi China dengan negara-negara lainnya termasuk Iran dalam kerangka hukum internasional adalah sah dan masuk akal. Artinya, AS harus menghormatinya.