Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia berada di zona merah pada perdagangan hari ini, Kamis (25/4/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 16.41 WIB, harga minyak kelapa sawit (crude palm oil) kontrak Juli di Bursa Derivatif Malaysia melemah 0,05% atau 1,00 poin ke level 2.169 ringgit per ton. Padahal harga komoditas andalan Indonesia ini dibuka menguat 0,09% atau 2,00 poin ke level 2.172 ringgit per ton.
Pelemahan ini dinilai imbas dari harga minyak mentah yang sempat melemah. Dampak dari hal itu, membuat membuat minyak tropis ini kurang menarik untuk dicampur menjadi biofuel.
Selain itu, penurunan itu juga karena sawit kalah bersaing dengan kompetitornya di pasar minyak nabati, yaitu minyak kedelai. Sebagai informasi, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade tercatat menguat 0,14% atau 0,04 poin ke level US$28,26 per pon. Di sisi lain, kekhawatiran tentang pembengkakan stok di produsen-produsen utama juga terus membebani harga komoditas tersebut.
Berdasarkan data AmSpec Agri, pengiriman sawit Malaysia meningkat 4% menjadi 1,2 juta metrik ton selama 1-25 April dibandingkan dengan bulan sebelumnya. “Harga kelapa sawit bulan depan berada dalam tekanan karena prospek produksi [yang meningkat]. Hal tersebut membuat harga kelapa sawit jatuh,” kata seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur dikutip dari Bloomberg.
Persediaan kelapa sawit di Indonesia diperkirakan telah meningkat pada bulan lalu untuk pertama kalinya sejak September. Hal ini terjadi karena produksi sawit di negara produsen utama tersebut meluas, sedangkan permintaan turun.
Baca Juga
Stok sawit di Indonesia dilaporkan, telah bertambah 1% menjadi 2,53 juta ton pada Maret lalu dari Februari, menurut median 10 estimasi dari analis, penyuling, dan eksekutif perkebunan yang dihimpun oleh Bloomberg. Adapun, produksi sawit melaju sekitar 2% menjadi 3,95 juta ton.
Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia menunjukkan, ekspor sawit pada Maret turun 1% menjadi 2,85 juta ton dan konsumsi domestik turun sekitar 6% menjadi 1,42 juta ton.