Bisnis.com, YOGYAKARTA — PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. tengah merencanakan penaikan persediaan hingga dua lipat menjelang Ramadan.
Achmad Damawi, Deputy Head of Commercial Poultry Division Japfa Comfeed mengungkapkan bahwa pada saat bulan puasa, konsumsi yang cukup besar datang dari restoran. Untuk mencukupi kebutuhan itu, perseroan telah mengantisipasi dengan menaikkan inventory hingga dua kali lipat.
"Dari sisi harga, bila dalam kondisi normal maka terjadi kenaikan 5%-8% dari harga pokok penjualan, sedangkan pada saat Lebaran terjadi kenaikan sekitar 10%—13% dari harga pokok penjualan," ungkapnya kepada Bisnis.com, dikutip Rabu (24/4/2019).
Menjelang Lebaran, katanya, permintaan yang tinggi berasal dari produk daging mentah dan disusul oleh produk daging olahan.
Sebagai informasi, kini emiten bersandi saham JPFA telah memiliki 16 unit rumah potong ayam (RPA) dengan produksi rerata per jam sekitar 2.500 ekor per jam dan 9.477 plasma yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari total plasma tersebut, sebanyak 20% telah memiliki kandang tertutup.
Pada 2018, JPFA membukukan laba bersih Rp2,17 triliun, melonjak 132,22% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp933,17 miliar. Adapun nilai penjualan JPFA mencapai Rp34,01 triliun, naik 14,89% dari posisi Rp29,6 triliun pada 2017.
Baca Juga
Lebih merinci, penjualan JPFA paling banyak berasal dari produk peternakan dan produk konsumen senilai Rp13,69 triliun, pakan ternak senilai Rp12,52 triliun, ayam umur sehari Rp3,23 triliun dan budidaya perairan senilai Rp2,52 triliun. Sisanya berasal dari perdagangan dan lain-lain senilai Rp897,62 miliar.
Dia menambahkan, kontribusi makanan olahan masih 22% terhadap total pendapatan dan diproyeksikan bakal terus meningkat menjadi 32% pada tahun depan. Menurutnya, permintaan produk makanan olahan semakin tinggi seiring dengan tingginya permintaan dari kaum produktif.
Menurutnya, perseroan juga melakukan ekspor anak ayam ke Myanmar dan Vietnam, serta daging mentah ke Timor Leste. Saat ini, komposisi pendapatan perseroan masih dominan berasal dari dalam negeri ketimbang ekspor.