Bisnis.com, JAKARTA — Emiten unggas, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. berencana merampungkan pembangunan 10 silo pada akhir kuartal II/2019.
Pada 2019, emiten bersandi saham JPFA berencana menambah 10 silo baru dengan kapasitas 30.000 ton. Penambahan kapasitas silo ini bertujuan untuk menyerap jagung pascapanen, sekaligus memenuhi kebutuhan bisnis pakan.
Manajemen JPFA merencanakan untuk membangun 10 SILO secara bertahap pada tahun ini. Lebih detail, dia memaparkan bahwa pada kuartal I/2019, JPFA telah fokus pada persiapan pembangunan fondasi dan konstruksi.
"Pembangunan dilaksanakan di awal kuartal II dengan harapan diakhir kuartal II dapat berdiri 10 SILO," ungkap manajemen JPFA kepada Bisnis.com, Jumat (12/5/2019).
JPFA telah mengalokasikan belanja modal senilai Rp6 miliar untuk tiap silo. Selain itu, perseroan juga akan mengalokasikan belanja modal pengeringan jagung senilai Rp50 miliar.
Pada tahun ini, JPFA bakal mengalokasikan belanja modal senilai Rp3 triliun. Sekitar 70% akan digunakan untuk bisnis unggas. Belanja modal pada tahun ini, naik 31% dari posisi 2018 senilai Rp2,28 triliun.
Baca Juga
Senior Vice President Finansial Controller JPFA Erwin Djohan, sebelumnya, mengungkapkan bahwa 70% akan digunakan perseroan untuk poeltry dan sisanya akan untuk, perikanan, peternakan dan lain-lain. Belanja modal perseroan akan berasal dari kas internal dan pinjaman perbankan yang belum ditarik.
Sampai dengan akhir 2018, nilai penjualan yang dibukukan oleh JPFA mencapai Rp34,01 triliun, naik 14,89% dari posisi Rp29,6 triliun pada 2017. Laba tahun berjaln JPFA pada 2018 senilai Rp2,25 triliun, naik 116% dari posisi Rp1,04 triliun pada 2017.
Lebih memerinci, penjualan JPFA paling banyak berasal dari produk peternakan dan produk konsumen senilai Rp13,69 triliun, pakan ternak senilai Rp12,52 triliun, ayam umur sehari Rp3,23 triliun dan budidaya perairan senilai Rp2,52 triliun. Sisanya beraal dari perdagangan dan lain-lain senilai Rp897,62 miliar.
Sementara itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham pada 2018 senilai Rp2,16 triliun, tumbuh 132,26% dari posisi Rp933,16 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya
Untuk tahun ini, JPFA memproyeksikan pertumbuhan pendapatan sebesar 10%, atau lebih rendah dari realisasi 2018. Namun, menjelang Lebaran, JPFA optimistis bakal terjadi peningkatan hingga 15% dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Manajemen berharap, pada tahun pemilu, aktivitas ayam bisa naik lebih tinggi.
Direktur JPFA Herwanto mengatakan bahwa setiap Lebaran, selalu ada peningkatan yang signifikan sesaat, sekitar 10%-15% dari bulan sebelumnya. Dia pun tak menampik, kondisi tersebut menjadi pemantik penaikan harga ayam.
Hermanto juga menilai, pemushanan DOC tidak memberikan pengaruh kepada kinerja perseroan. Sebab, instruksi pemerintah melakukan hal tersebut untuk menciptakan ekonomi lebih sehat dan perseroan telah melakukan perintah pemerintah. Bila kondisi ekonomi membaik maka harga ayam bakalan membaik.