Bisnis.com, JAKARTA — PT ABM Investama Tbk. mampu meningkatkan kinerja keuangan sepanjang tahun lalu melalui strategi operasional dari hulu ke hilir.
Perusahaan energi terintegrasi nasional itu menjalankan strategi end-to-end services yang berfokus pada value chain batu bara. Tercatat, laba bersih ABMM sebesar US$ 65,49 juta sepanjang 2018. Laba bersih tersebut tumbuh 1.057% dibandingkan dengan 2017 sebesar US$5,57 juta.
Direktur Utama ABMM Andi Djajanegara mengungkapkan bahwa konsistensi ABM dalam menjalankan Coal Value Chain Synergy yang dimulai sejak 2018. "Melalui hal itu, secara bisnis, perusahaan dapat memenuhi kebutuhan industri batu bara dari pit hingga transshipment melalui entitas anak usahanya," katanya melalui keterangan resmi, Selasa (23/4/2019).
Dalam laporan keuangan 2018, ABMM berhasil mencatat perolehan pendapatan sebesar US$ 773,05 juta pada 2018, naik 11,9% dibandingkan perolehan 2017 yaitu US$ 690,73 juta. Sementara itu, total aset dari pada tahun lalu sebesar US$ 851,9 juta dibandingkan pada 2017 sebesar US$ 1,04 miliar.
Senada, Direktur Keuangan ABM Adrian Erlangga menjelaskan pada tahun lalu, perusahaan telah fokus memperkuat bisnis pertambangan dan penjualan batubara dengan mengoptimalkan sinergi antar anak usaha.
"Upaya ini mencatatkan hasil yang positif bagi perusahaan. Kami yakin dengan masih menerapkan metode yang sama dapat meningkatkan kinerja perusahaan,”ungkapnya.
Pada awal tahun ini, ABM juga telah melakukan penandatanganan kontrak baru untuk jasa pertambangan dengan PT Muara Alam Sejahtera (MAS) senilai US$ 114 juta. Kontrak baru itu ditandatangani pada 25 Februari 2019 melalui anak usaha ABM yang juga kontraktor tambang, PT Cipta Kridatama.