Bisnis.com, JAKARTA — PT Surya Citra Media Tbk. mencatatkan kenaikan pendapatan iklan sebesar 6,5% pada kuartal I/2019 menjadi Rp1,47 triliun dari kuartal I/2018 senilai Rp1,38 triliun.
Adapun, berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Senin (22/4/2019), pendapatan bersih perseroan tumbuh menjadi Rp1,25 triliun setelah mengalami potongan penjualan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lau sebesar Rp1,15 triliun.
Sementara itu, aba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp399 miliar tumbuh 11% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp359 miliar.
Kendati demikian beban program dan siaran juga mengalami kenaikan sekitar 9,5% menjadi Rp529 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Beban terbesar yang ditanggung adalah beban materi program senilai Rp508 miliar, diikuti beban penyiaran Rp10,1 miliar.
Analis Mirae Sekuritas Christine Natasya SCMA mengharapkan rencana akuisisi bisnis non-TV bisa menambah lebih dari Rp900miliar ke pendapatan tahunan.
Pada Mei, SCMA akan mengakuisisi beberapa segmen bisnis utama dari entitas induknya, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK). Tiga lini bisnis akan diperoleh sepenuhnya atau sebagian dari EMTK adalah KapanLagi Youniverse (KLY) yang mengoperasikan berbagai portal web, seperti bola.net, kapanlagi. com, dan liputan6.com), Vidio.com (platform OTT), dan EYE Corp (bisnis periklanan di luar rumah).
Christine mengatakan, mengingat bahwa akuisisi akan dilakukan pada Mei, pendapatan tambahan untuk 2019 kemungkinan hanya akan sekitar Rp500 miliar. Perusahaan mengharapkan KLY dan EYE untuk menghasilkan laba bersih masing-masing Rp25 miliar dan Rp10 miliar.
“Namun, kami belum mencerminkan angka-angka ini dalam penilaian kami, karena Vidio.com terus membukukan rugi bersih (Rp3 miliar—Rp4 miliar / bulan). Kami mempertahankan rekomendasi hold kami untuk saat ini, dengan jumlah pelanggan yang lebih tinggi dari yang diperkirakan untuk Vidio Premier seabagai antisipasi naiknya risiko,”jelasnya.
Seperti diketahui, SCMA akan melakukan rapat umum pemegang saham tahunan pada 16 Mei 2019. Akuisisi ini akan dilakukan melalui perjanjian pertukaran saham, di mana SCMA akan membayar EMTK untuk aset bisnis dengan harga saham di Rp2.446 (di atas harga saham saat ini Rp1.615). Jumlah transaksi kemungkinan akan mendekati nilai buku 1x (sekitar Rp360 miliar).
Keputusan perusahaan untuk mengakuisisi lebih banyak aset media dimotivasi oleh stagnasi pertumbuhan pendapatan TV free-to-air (FTA), karena peningkatan penetrasi internet mendorong pergeseran ke arah lebih banyak iklan online (YouTube, media sosial, dll.). Selain itu, ekosistem over-the-top (OTT) yang berkembang tidak hanya mendukung pertumbuhan penjualan smartphone tetapi juga mendorong banyak perusahaan untuk beriklan di platform online.
Meniru Hotstar India, salah satu layanan VOD yang tumbuh paling cepat di dunia, SCMA akan mencoba menembus pasar berpenghasilan menengah Indonesia dengan Vidio Premier (bisnis SVOD Vidio.com), yang menawarkan konten orisinal dan juga konten olahraga Indonesia.
Christine menyebut, saat ini, SCMA sedang mencari untuk membuat konten seri berdurasi 100 jam-300 jam per tahun. Perusahaan berencana untuk memproduksi seri drama berkualitas tinggi yang akan berbeda dari sinetron TV FTA (opera sabun) dengan menggunakan bintang film daripada aktor TV dan mengalokasikan anggaran yang lebih tinggi.
Karena anggaran yang begitu tinggi, perusahaan saat ini sedang mendiskusikan opsi untuk menjual hingga 50% saham Vidio.com kepada investor strategis (US$50juta—US$100juta) untuk membiayai produksi konten.
“Perusahaan menargetkan pertumbuhan tinggi 20% pada 2020, dan kami memperkirakan biayanya relatif datar. Meskipun ada tantangan besar dan kesuksesan tidak pasti, kami percaya usaha ini dapat memberikan dorongan untuk pertumbuhan pendapatan jika berhasil,” jelas Christine.