Bisnis.com, JAKARTA — Pound sterling hanya menunjukkan sedikit perubahan tipis pada perdagangan Kamis (11/4/2019) seiring dengan kembali diperpanjangnya tenggat waktu Brexit oleh Uni Eropa.
Mengutip Reuters, pound sterling tidak menunjukkan reaksi setelah Uni Eropa menunda batas waktu keluarnya Inggris dari benua biru untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari sebulan, sejalan dengan ekspetasi pasar bahwa Inggris tidak akan keluar dari blok tersebut pada Jumat (12/4/2019) tanpa kesepakatan.
Walaupun demikian, keputusan tersebut tidak banyak membantu meningkatkan kepastian terkait dengan bagaimana dan kapan Inggris akan meninggalkan Uni Eropa untuk menjaga pergerakan pound sterling dalam kendali.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (11/4/2019) pukul 15.35 WIB, pound sterling masih bergerak tipis cenderung menurun, melemah 0,14% menjadi US$1,3073 per pound sterling.
Adapun, selama 1 bulan terakhir, pound sterling telah bergerak pada level US$1,2945 per dolar AS hingga US$1,3380 per dolar AS.
Kepala Valas State Street Bank Kazushige Kaida mengatakan bahwa dengan melihat kondisi saat ini sepertinya sulit bagi parlemen Inggris untuk mencapai kesepakatan apapun untuk Brexit. "Setidaknya no-deal Brexit tidak akan terjadi pada bulan ini, mereka hanya menghindari satu hambatan, tetapi ketika Brexit benar terjadi, saya melihat akan ada aksi jual pada pound sterling sehingga melemahkan pound sterling," ujar Kazushige seperti dikutip dari Reuters, Kamis (11/4/2019).
Baca Juga
Sebagai informasi, Perdana Menteri Inggris Theresa May mengunjungi Brussels pada Rabu (10/4/2019), dua hari sebelum batas waktu kedua Brexit yang semula dijadwalkan pada 12 April 2019, untuk meminta perpanjangan batas waktu kepada Uni Eropa.
Uni Eropa pun menyetujui untuk memperpanjang batas waktu Brexit dengan adanya perpanjangan yang fleksibel hingga 31 Oktober 2019 mendatang. Perpanjangan waktu tersebut lebih lama daripada yang diinginkan oleh Theresa May dan kesepakatan tersebut dinilai memiliki risiko adanya serangan balasan ketika May dapat menghasilkan kesepakatan untuk Brexit.
Penundaan kembali Brexit juga dinilai berpotensi membuat krisis politik di Inggris untuk akhir tahun ini. Penggantian Perdana Menteri Inggris Theresa May kini telah memenuhi sentimen pasar, menjadi ketidakpastian yang berkepanjangan karena pemilihan umum dan ancaman terhadap ekonomi Inggris.
Kepala Strategi Valuta Asing ING Chris Turner mengatakan bahwa perpanjangan tersebut tidak mungkin akan meningkatkan kepercayaan bisnis, sehingga semakin membatasi kenaikan pound sterling.
"Meningkatnya kemungkinan perubahan dalam kepemimpinan Partai Konservatif menjelang tenggat waktu baru pada Oktober juga akan membebani mata uang cross EUR/GBP untuk bergerak di bawah level 0,85," ujar Chris.
Selama ini, ketidakpastian Brexit telah mengirim pound sterling kepada pergerakan yang sangat berfluktuatif. Kondisi perpanjangan batas waktu dapat mengirim mata uang negeri Ratu Elizabeth lebih rendah jika terdapat sesuatu yang tidak terduga terjadi, meski cenderung bergerak terbatas.
Dalam beberapa pekan terakhir pun mata uang Inggris telah gagal untuk membangun keuntungan dalam kurun waktu dua bulan pertama tahun ini. Hal tersebut dikarenakan para trader enggan untuk mengambil risiko pada kekuatan lebih lanjut sementara ketidakpastian Brexit tetap ada.