Gertak Sambal UE dan Proyek B20
Bagaimana jika akhirnya minyak sawit Indonesia tetap dilarang masuk ke Uni Eropa?
Kalau nanti larangannya juga berlanjut pada pemanfataan CPO untuk makanan, berarti ada potensi 4,7 juta ton ekspor yang akan hilang. Sebenarnya kalau teman-teman pengusaha, dan pemerintah itu melihatnya meskipun mereka [Uni Eropa] ini rewel, ternyata ekspor kita ke sana tetap tinggi. Kita berpikir jangan-jangan mereka hanya gertak saja ini.
Indonesia sendiri kalau sampai ke kondisi yang memang tidak ada lagi di pasar Eropa masih memungkinkan ada peluang kita tetap eksis. Yang pertama adalah penggunaan untuk dalam negeri, khususnya untuk B20 yang akan diwajibkan semua. Karena programnya baru mulai September 2015, sehingga pemanfaatan CPO baru sekitar 3,6 juta ton.
Namun, pada tahun ini kalau semuanya siap, kita perkirakan bisa mencapai 6 juta ton. Jadi, kita akan serap untuk B20, apalagi kalau B30 bisa segera diterapkan, maka penyerapannya akan lebih tinggi lagi. Kemudian, kami juga sudah ada pembicaraan dengan PT PLN dan PT PP untuk pembangkit PLN dengan menggunakan CPO. Sedang diujicobakan pemanfaatan 100% CPO untuk pembangkit listrik PLN. Kalau bisa segera direalisasikan itu bisa terserap sekitar 2,8 juta ton.
Dari sisi untuk penerimaan devisa, Gapki juga mendorong untuk pengembangan pasar baru, terutama ke Timur Tengah, dan Afrika. Kalau pasar-pasar yang di Asia Selatan harus dipertahankan, dan kalau perlu ditingkatkan. Kami juga mendorong pengembangan green fuel, termasuk bahan bakar untuk pesawat terbang yang saat ini masih dikembangkan.