Menangkis Kampanye Hitam
Apa langkah yang bisa dilakukan untuk menangkis kampanye hitam terhadap kelapa sawit Indonesia?
Ke depannya yang perlu kita dorong adalah bagaimana Indonesia dan Malaysia untuk SDG’s [Sustainable Development Goals] juga diterapkan untuk minyak nabati khususnya kelapa sawit. Sebab kelapa sawit adalah komoditas yang paling efisien untuk memproduksi minyak nabati. Satu hektare kelapa sawit bisa menghasilkan 3 ton—4 ton minyak per hektare.
Dari 17 poin SDG’s yang disepakati dunia, dan kelapa sawit bisa menjawab sebagian besar tuntutan dari poin-poin tersebut. Ada sekitar 12 sampai 13 goals yang bisa dijawab dengan pengembangan kelapa sawit. Bisa kita lihat sawit yang umumnya dikembangkan di remote area ini sekarang justu menjadi sumber pertumbuhan di berbagai daerah.
Poin-poin lainnya seperti edukasi, fasilitas kesehatan yang memadai, dan air bersih dan sanitasi itu sudah pasti bisa dicapai, karena kalau ada lahan sawit, pasti akan ada pembangunan sekolah, rumah sakit atau Puskemas, dan sambungan air bersih. Jadi, hal-hal tersebut bisa jadi kampanye positif. Selama ini yang dipersoalkan Uni Eropa kan karena mereka hanya memakai satu indikator yaitu hanya deforestasi saja.
Apakah daya tarik untuk investasi di industri kelapa sawit masih cukup tinggi? Mana yang lebih menarik apakah di sektor hulu atau hilirnya?
Investasi di sektor hulu atau perkebunan tidak menarik, karena adanya moratorium. Yang masih menarik itu di hilirnya. Moratorium itu berjalan dengan baik, bahkan yang izinnya sudah keluar itu dapat di-review dan direvisi dengan pengawasan dari berbagai pihak mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Selain itu, sorotan berbagai pihak kepada perkebunan sawit, baik dari NGO [non-governmental organization], ataupun pihak eksternal seperti Uni Eropa, risikonya terlalu tinggi untuk berbuat curang.