Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Surat Utang : Fase Konsolidasi Obligasi Berlanjut

Pilarmas Investindo Sekuritas menilai fase konsolidasi harga obligasi dalam negeri masih akan berlanjut hari ini, Senin (8/4/2019).
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Pilarmas Investindo Sekuritas menilai fase konsolidasi harga obligasi dalam negeri masih akan berlanjut hari ini, Senin (8/4/2019).

Maximilianus Nico Demus, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, mengatakan bahwa pada perdagangan pekan lalu, sekali lagi pasar obligasi bergerak mengalami kenaikkan, tetapi tidak terlalu berarti terhadap pergerakan pasar obligasi. 

Pada akhirnya, fase konsolidasi ini sudah memasuki pekan 2 minggu yang menunjukkan harga obligasi tidak bergerak kemana mana. Meskipun ada kecenderung untuk mengalami penurunan, tetapi hal itu pun di tahan. 

"Ada potensi kenaikkan di sana, tetapi itu pun harus ada lompatan ke bawah sebelum pada akhirnya mengalami penguatan," katanya melalui riset harian, Senin (8/4/2019). 

Nico mengatakan, pagi ini pasar obligasi diperkirakan  dibuka flat dengan rentang pergerakan 35 – 55 bps.  Sentimen yang akan mendominasi hari ini datang dari pertemuan antara Amerika dan China terkait dengan diskusi perang dagang yang telah usai pekan lalu. 

Penasihat ekononi White House Larry Kudlow mengatakan bahwa diskusi selanjutnya akan dilakukan melalui telepon, dan sejauh ini pembicaraan Amerika dan China berjalan dengan baik tanpa adanya singgungan kedua belah pihak. 

Presiden AS Donald Trump juga menambahkan dihadapan wartawan bahwa dirinya memuji putaran terakhir diskusi di Washington sebagai kesuksesan besar. Namun, Trump sendiri enggan memprediksi bahwa kesepakatan telah tercapai. 

Trump juga mengatakan bahwa Amerika dan China sudah dekat dengan perjanjian perdagangan dan akan diumumkan dalam kurun waktu 4 – 6 minggu kedepan. 

Fokus utama pembahasan selanjutnya adalah perlindungan kekayaan intelektual, tarif, dan komitmen kesepakatan.  "Sedikit tambahan dari kami bahwa ketika kesepakatan ini terjadi, yang kami khawatirkan justru adalah ketika implementasi perjanjian tersebut dan komitment antara kedua negara," katanya dalam riset harian, Senin (4/8/2019).

Nico mengatakan, para pelaku pasar dan investor akan terfokus kepada data inflasi yang keluar dari Amerika pekan ini, yang mana diestimasikan mengalami kenaikkan di angka 1,8% dari sebelumnya 1,5%.

Inflasi di Amerika kian menjadi fokus karena masih berada di bawah 2%, yang memberikan potensi kepada The Fed untuk menurunkan tingkat suku bunga. Hal inilah yang disampaikan oleh Trump pada hari Jumat kemarin.

Beberapa pejabat The Fed juga masih terus memahami data yang akan keluar untuk memutuskan langkah lebih lanjut. Kudlow menambahkan bahwa, pemerintah tidak ingin ada langkah-langkah yang dapat menahan kondisi ekonomi atau pasar keuangan. Kudlow juga meminta The Fed untuk berhenti mengurangi neraca keuangannya.

"Kami melihat bahwa apabila memang inflasi bergerak lebih rendah dalam skala luas, hal ini tentu berpotensi bagi The Fed untuk menurunkan tingkat suku bunga, dan impact-nya tentu akan terasa oleh global, baik bagi pasar obligasi maupun saham," kata Nico.

Pasalnya, salah satu poin utama ketidakpastian di awal tahun adalah adanya potensi kenaikkan The Fed hingga 2x, meskipun akhir-akhir ini potensi 2x itu berubah menjadi 1x dan kembali diubah menjadi mungkin tidak akan naik sama sekali.

Apabila The Fed benar benar memangkas tingkat suku bunga, tentu hal ini akan menjadikan tahun ini lebih baik lagi, khususnya tentu bagi emerging market.

Berita selanjutnya datang dari Brexit. Theresa May, Perdana Mentri Britania Raya akhirnya menulis surat kepada Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk untuk menunda proses Brexit hingga 30 Juni, dengan tambahan opsi untuk pergi lebih awal juga parlemen meratifikasi kesepakatan perpisahan.

May juga mengatakan bahwa pemerintah akan mempersiapkan pemilhan Eropa, tetapi May juga menegaskan bahwa May tidak ingin Inggris ikut serta. Ketidakpastian Brexit masih menjadi bagian dari ketidakpastian pekan ini. "Kami merekomendasikan wait and see dengan potensi kenaikkan hari ini," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper