Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilarmas Sekuritas : Sentimen Perang Dagang AS-China Masih Jadi Penggerak Utama IHSG

Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis (4/4/2019) bakal dipengaruhi pertemuan lanjutan China-AS terkait kesepakatan dagang kedua negara.
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan pertemuan lanjutan China-AS terkait kesepakatan dagang kedua negara bakal menjadi sentimen utama pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Kamis (4/4/2019).

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan kesepakatan dagang tersebut adalah untuk memberikan China waktu hingga 2025 untuk memenuhi komitmen pembelian komoditas dan memberikan kemungkinan perusahaan AS bisa sepenuhnya memiliki perusahaan di Asia.

Pembicaraan masih terus berlanjut di Washington. Tujuan pertemuan ini adalah mencapai kesepakatan mengenai masalah inti agar Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat menandatangani kesepakatan final.

China berkomitmen untuk membeli lebih banyak komoditas AS, termasuk kedelai dan produk energi, serta memberikan izin untuk kepemilikan 100% asing bagi perusahaan AS yang beroperasi di Negeri Panda.

Saat ini, AS fokus kepada komitmen pembelian yang dapat berjalan pada kuartal II/2020, dalam upaya mempersempit neraca perdagangan menjelang Pemilu pada tahun depan. Pemilu itulah yang menjadi alasan Negeri Paman Sam mendorong China untuk melakukan pembelian komoditas dalam jumlah besar dalam 2 tahun pertama perjanjian itu berlaku.

Hal ini penting mengingat kemenangan perjanjian antara AS dan China akan menjadi bekal yang baik untuk Trump menghadapi Pemilu 2020. Pada 2018, defisit neraca dagang AS dari China mencapai rekor, yakni sebesar US$419,2 miliar.

Permasalahan terakhir adalah soal tarif impor yang sudah lebih dulu dikenakan, yang nilainya mencapai sekitar US$360 miliar dalam kurun waktu 9 bulan terakhir. Sebelumnya, Trump telah menyatakan bahwa setidaknya beberapa tarif tetap pada tempatnya untuk beberapa waktu.

Di dalam kesepakatan yang sedang dibuat, ada kemungkinan dalam waktu 90 hari dan 180 hari setelah penandatangan perjanjian damai dagang, China diminta untuk memenuhi janji utama. Hal ini dianggap penting sebagai tolok ukur dari jalannya perjanjian tersebut.

Tanggal pertemuan antara Trump dan Xi kemungkinan akan diumumkan pada Kamis (4/4). China mengusulkan untuk menggunakan negara ketiga yang tentunya sebagai tempat netral.

Hal yang tidak kalah pentingnya dari perjanjian dagang dua ekonomi terbesar dunia ini adalah membaiknya sektor manufaktur China, yang berarti akan mendukung stabilisasi dalam ekonomi global. Stabilisasi ini akan mengangkat ekonomi Eropa dan AS, serta akan menyebabkan kenaikan harga aset global.

Namun, Nico melihat pelaku pasar juga harus hati-hati karena perbaikan perekonomian China masih belum merata.

"Secara teknikal, kami melihat saat ini, IHSG berpotensi menguat. Namun, pergerakan anomali bisa saja terjadi dalam jangka waktu pendek dan diperdagangkan dilevel 6.450-6.470," paparnya dalam riset harian, Kamis (4/4).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper