Bisnis.com, JAKARTA — Masuknya surat utang negara seri FR0079 ke dalam JP Morgan GBI EM Broad Index berpotensi memperkuat kinerja pasar SUN. Namun, sejumlah langkah pemerintah yang cenderung berlebihan menambah supply seri ini dinilai justru mengurangi potensi penguatannya.
Seri FR0079 merupakan seri acuan baru tahun ini untuk tenor 20 tahun. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, outstandingnya baru Rp22,25 triliun. Masuknya seri ini ke dalam JP Morgan GBI EM Broad Index akan menyebabkan meningkatnya permintaan atas seri ini di pasar.
Fikri C. Permana, Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo, mengatakan masuknya seri ini memang berpotensi mendongkrak harganya. Hanya saja, bobotnya masih relatif kecil dalam indeks tersebut sehingga pengaruhnya relatif belum signifikan saat ini.
“Harusnya seri ini akan dilirik oleh pasar global, cuma karena komposisinya terhadap total bobot indeks masih kecil, untuk sekarang dampaknya kelihatannya belum akan signifikan,” katanya, Rabu (27/3/2019).
Akan tetapi, bila ekonomi Indonesia terus membaik, masuknya seri ini kemungkinan akan mendorong atensi investor global yang lebih tinggi lagi terhadap pasar surat utang Indonesia.
Saat ini pun, kepemilikan asing di pasar surat berharga negara (SBN) sudah sangat tinggi, mencapai 38,55% dari total outstanding. Porsi kepemilikan asing bisa terus meningkat karena masuknya seri-seri SUN ke dalam indeks global, kendati kini pemerintah berusaha mengimbanginya dengan banyak menerbitkan SBN ritel.
Anup Kumar, Senior Fixed Income Analyst Bank Maybank Indonesia, mengatakan bahwa masuknya FR0079 dalam JP Morgan GBI EM Broad Index menambah daftar sentimen positif bagi pasar SUN dalam negeri. Oleh karena itu, penguatan menjadi tidak terbendung.
“Investor yang menggunakan JP Morgan GBI EM Broad Index ini sebagai benchmark mereka mau tidak mau harus membeli pada pasar sekunder, sehingga harga seri FR0079 dapat terus mengalami penguatan,” katanya.
Akan tetapi, Anup menyayangkan sejumlah langkah pemerintah yang justru kurang mendukung penguatan seri ini. Menurutnya, seharusnya pemerintah menahan supply baru seri ini, sehingga investor global yang ingin membelinya terpaksa harus mencari di pasar sekunder.
Alhasil, hal tersebut akan menyebabkan permintaan meningkat dan harga terdongkrak. Dengan begitu, yield seri ini akan turun. Bila yield tenor panjang seperti FR0079 ini turun, tentu yield tenor yang lebih pendek pun akan turun. Secara umum, hal ini berdampak positif terhadap pasar obligasi domestik.
Namun, tuturnya, anehnya pemerintah justru membanjiri pasar dengan seri ini. Pekan lalu, pemerintah melakukan debt switch, atau menukarkan sejumlah seri milik investor dengan seri lainnya yang ditawarkan pemerintah.
Pemerintah justru menyerap seri-seri tenor pendek milik investor dan menukarnya dengan seri-seri tenor panjang, termasuk FR0079. Debt swtich pada Kamis (21/3/2019) mencapai Rp4,75 triliun, dengan FR0079 diterbitkan sebesar Rp2,53 triliun.
Lalu, pada lelang SUN yang digelar pekan ini, Selasa (26/3/2019), pemerintah bukannya membatasi penerbitan FR0079, tetapi justru menerbitkan sebesar RP6,4 triliun, kedua terbesar setelah FR0068. Padahal, penawaran investor pada seri ini hanya Rp7,49 triliun, lebih rendah dibandingkan pada penawaran sejumlah seri lainnya yang mencapai belasan triliun.
“Seharusnya pemerintah bisa melakukan gapping dengan menurunkan nilai yang dimenangkan pada seri ini, sehingga harga di pasar sekunder naik. Saya tidak tahu apa alasannya pemerintah justru melakukan sebaliknya,” katanya.
Anup menilai, strategi pemerintah ini juga berkebalikan dengan rencana yang digaungkan pemerintah untuk menurunkan rata-rata durasi SBN dengan cara menerbitkan lebih banyak tenor pendek dibandingkan tenor panjang.
Sementara itu, Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luki Alfirman tidak menanggapi ketika dimintai tanggapan tentang strategi pemerintah ini.
Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa outstanding seri ini yang masih terlalu kecil kemungkinan menjadi alasan pemerintah menambah pasokan seri ini.
Harapannya dengan outstanding yang lebih tinggi, likuiditas instrumen ini akan lebih tinggi sehingga pergerakan harga menjadi lebih efektif.
“Pemerintah harus memperbanyak ini untuk menunjang likuiditas. Apalagi ini sudah di-support oleh JP Morgan untuk masuk dalam rekomendasi mereka. Itu akan semakin membuka mata investor asing untuk masuk ke kita,” katanya.
Adapun, yield FR0079 sudah turun dari 8,275% pada saat diluncurkan awal tahun ini menjadi 8,100% pada penutupan perdagangan Kamis (27/3/2019). Harganya kini di level 102,694%.