Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Berlebih, Harga Karet Global Mengendur

Pada perdagangan hari ini, Senin (25/3/2019), harga karet alam mengendur, ditopang sentimen negatif berupa proyeksi produksi berlimpah dari negara-negara produsen.

Bisnis.com, JAKARTA – Pada perdagangan hari ini, Senin (25/3/2019), harga karet alam mengendur, ditopang sentimen negatif berupa proyeksi produksi berlimpah dari negara-negara produsen.

Hingga pukul 13.40 WIB, harga karet kontrak Agustus di Tokyo Commodity Exchange melemah sebesar 3,11% atau 5,90 poin ke posisi 183,90 yen per kilogram. Hal ini meneruskan pelemahan 0,05% atau 0,10 poin pada level 189,70 yen per kilogram pada sesi pembukaan.

Sedmentara itu, sejak awal tahun atau secara year to date, harga karet baru menguat 6,92%.

Produksi berlebih di negara-negara produsen dituding menjadi kabar negatif bagi pasar karet. Kritik ditujukan kepada manajemen perkebunan di negara-negara itu yang gagal menyeimbangkan penawaran dengan permintaan.

Mengutip Bloomberg, pohon yang ditanam di negara penghasil karet, yaitu Thailand, Indonesia dan Vietnam selama booming harga pada 2011 telah dewasa. Artinya pohon-pohon itu siap dipanen. Hal ini lantas mendorong produksi global hingga berulang kali mencapai rekor baru.

Kendati begitu, di pasar berjangka harga karet sudah menguat tahun ini, dibantu oleh berita produsen-produsen besar bakal membatasi ekspor. Namun, pengaruhnya terhadap penguatan harga dinilai hanya sementara.  

Michael Coleman, seorang trader karet veteran dan direktur RCMA Group menilai, pembatasan ekspor tersebut hanya berdampak secara jangka pendek terhadap penguatan harga. Adapun, efektivitasnya tidak terlihat jelas.

"Satu-satunya cara Anda dapat mendukung harga secara berkelanjutan adalah dengan meninggalkan karet di pohon [mengurangi produksi]," kata pria yang memiliki omzet komoditas lunak sekitar US$ 1,3 miliar per tahun tersebut.

Pandangan negatif Coleman sejalan dengan asosiasi industri, termasuk Tire Industry Research yang berbasis di Inggris Raya.

Kepala Eksekutif lembaga tersebut David Shaw mengatakan, produksi karet global kemungkinan akan terus melampaui permintaan ban hingga 2027-2028. Negara-negara produsen akan mengalami stagnasi dalam periode harga yang sangat rendah.

“Sebab harga yang rendah menghambat penanam, harga mungkin akan melonjak karena kekurangan dalam waktu sekitar satu dekade,” katanya.

Dia menambahkan, bila produsen melihat permintaan dalam 10 tahun lagi dan mengatur penanaman untuk menyeimbangkan permintaan, mereka dapat memastikan harga yang jauh lebih stabil. “Pemerintah juga seharusnya mengendalikan penawaran dan permintaan di masa depan,” katanya.

Sementara itu, Salvatore Pinizzotto, Sekretaris Jenderal Kelompok Studi Karet Internasional mengatakan, diperlukan waktu sekitar 7 tahun bagi pohon karet untuk mencapai produksi, begitu perkebunan dimulai. Kemudian pohon itu berproduksi untuk 20 hingga 25 tahun ke depan.

Dia melanjutkan, mengingat investasi besar dalam memperbesar perkebunan karet selama lonjakan harga, para petani pun harus tetap berproduksi bahkan dengan harga rendah saat ini karena mereka tidak memiliki sumber pendapatan alternatif. “Hal ini  berkontribusi terhadap melimpahnya produksi,” katanya.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper