Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Naik Didorong Spekulasi Sikap Akomodatif The Fed

Bursa saham di Asia menguat pada perdagangan pagi ini, Senin (18/3/2019), didorong meningkatnya spekulasi sikap dovish Federal Reserve Amerika Serikat (AS) dalam pertemuan kebijakan moneternya pekan ini.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham di Asia menguat pada perdagangan pagi ini, Senin (18/3/2019), didorong meningkatnya spekulasi sikap dovish Federal Reserve Amerika Serikat (AS) dalam pertemuan kebijakan moneternya pekan ini.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pasific selain Jepang naik 0,35%, sedangkan indeks Nikkei Jepang menguat 0,56%.

Menjelang pertemuan kebijakan moneter bank sentral AS yang akan berakhir pada Rabu (20/3) waktu setempat, banyak spekulasi bahwa pembuat kebijakan The Fed akan menurunkan proyeksi suku bunganya, untuk menunjukkan sedikit atau bahkan tidak ada pengetatan lebih lanjut tahun ini.

Pelaku pasar juga menantikan lebih banyak detail mengenai rencana The Fed untuk berhenti memangkas kepemilikannya senilai hampir US$3,8 triliun dalam bentuk obligasi.

Akibatnya, imbal hasil pada obligasi bertenor tiga dan lima tahun terdampak sejalan dengan tingkat suku bunga Fed yang efektif, sedangkan ada indikasi peluang penurunan suku bunga sebelum akhir tahun.

“Imbal hasil obligasi jangka panjang tetap terasa lebih rendah di berbagai negara," ujar Alan Oster, kepala ekonom di National Australia Bank.

“Pasar memperhitungkan sedikit atau tidak adanya peluang kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral utama tahun ini, selain Bank of England. The Fed mengindikasikan akan bersabar dan kami tidak melihat kenaikan suku bunga tahun ini."

Sementara itu, data indikator ekonomi AS yang dirilis pada Jumat (15/3) menunjukkan output manufaktur AS turun untuk bulan kedua berturut-turut pada Februari.

Adapun aktivitas pabrik di negara bagian New York mencapai hampir level terendah dalam dua tahun bulan ini. Hasil tersebut memberi bukti lebih lanjut tentang perlambatan tajam dalam pertumbuhan ekonomi AS pada awal kuartal pertama.

Penurunan pasar dalam imbal hasil obligasi telah menyeret dolar AS turun mencapai posisi 96,559 setelah terpangkas 0,7% pekan lalu.

Di sisi lain, nilai pound sterling Inggris terhadap dolar AS stabil di level US$1,3290 saat pasar menantikan kepastian atas arah Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa). Perdana Menteri Inggris Theresa May berupaya keras memperolah dukungan dalam parlemen untuk kesepakatan Brexitnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper