Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (12/3/2019), di tengah pelemahan dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 24 poin atau 0,17% di level Rp14.267 per dolar AS, dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Senin (11/3), rupiah mampu rebound dan berakhir terapresiasi 23 poin atau 0,16% di level Rp14.291 per dolar AS.
Penguatan nilai tukar rupiah mulai berlanjut dengan dibuka terapresiasi 38 poin atau 0,27% di level Rp14.253 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.241 – Rp14.278 per dolar AS.
Bersama rupiah, mata uang lainnya di Asia mayoritas terpantau menguat terhadap dolar AS sore ini, dipimpin won Korea Selatan dan rupee India yang masing-masing menguat 0,34% dan 0,32%.
Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau lanjut melemah 0,236 poin atau 0,24% ke level 96,979 pada pukul 17.08 WIB.
Pergerakan indeks dolar sebelumnya dibuka terkoreksi 0,236 poin atau 0,24% di level 96,979, setelah berakhir turun tipis 0,09% atau 0,091 poin di posisi 97,215 pada perdagangan Senin (11/3).
Dilansir Bloomberg, won Korsel dan rupee India memimpin penguatan pada mata uang emerging market di Asia ketika bursa saham di kawasan ini mengikuti penguatan bursa saham AS semalam di tengah meredanya kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi.
“Pelemahan dolar AS, yang terlihat hanya merupakan koreksi dari penguatannya baru-baru ini alih-alih perputaran tren, memberikan dukungan untuk mata uang emerging market,” jelas Tsutomu Soma, general manager investment trust dan fixed-income di SBI Securities, Tokyo.
“Bursa saham juga meningkat dan sentimen aset berrisiko terlihat relatif mendukung,” tambahnya.
Bursa saham dan mata uang emerging market menguat pada perdagangan hari ini, terbantukan minat baru terhadap aset berisiko di kalangan investor seiring dengan tumbuhnya harapan untuk kesepakatan perdagangan AS-China dan perkembangan Brexit di Inggris.
China dan AS dikabarkan menetapkan langkah selanjutnya dalam hal "pengaturan kerja" mengenai perdagangan setelah Wakil Perdana Menteri China Liu He berunding dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.
Laporan bahwa Uni Eropa memberi Perdana Menteri Inggris Theresa May jaminan yang mengikat secara hukum menjelang berlangsungnya voting di parlemen Inggris mengenai usulan kesepakatan Brexit turut meningkatkan sentimen aset berisiko.