Bisnis.com, JAKARTA — Berbeda dengan prospek Eropa, harga bahan baku pembuatan baja jatuh di bursa China, dengan patokan kontrak bijih besi mencapai level terendahnya pada bulan ini melanjutkan pelemahan di hari ke limanya seiring dengan permintaan yang berkurang di tengah pembatasan produksi baja China.
Riset Analis Marex Spectron Hui Heng Tan mengatakan bahwa penurunan harga bijih besi berjangka mencerminkan pelemahan yang telah berlaku di pasar fisik sejak pekan lalu akibat pembatasan produksi baja di China.
"Polusi udara di mayoritas daerah China sudah tidak begitu baik. Saya percaya akan ada putaran pembatasan produksi untuk industri baja," ujar Hui Heng Tan seperti dikutip dari Reuters, Senin (11/3/2019).
Pejabat di 28 kota China utara, termasuk di kota pembuat baja terbesar Tangshan, menghadapi evaluasi pemerintah pusat pada akhir Maret terkait dengan kinerja pemerintahan lokal dalam mengurangi polusi udara selama musim dingin yang lalu.
Wilayah pembuat baja terbesar China, Hebei yang meliputi Tangshan, akan memangkas 14 juta ton kapasitas pembuatan baja secara tahunan baik tahun ini maupun tahun depan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas udara.
Tangshan telah memperpanjang tingkat kabut asap tanpa batas, yang berlaku sejak 1 Maret, memaksa pabrik untuk memangkas produksinya sebesar 40% hingga 70% atau bahkan menghentikan produksi.
Sementara itu, Wu'an, kota pembuat baja besar lainnya di provinsi Hebei, telah meningkatkan pembatasan produksi pada industri berat, dengan output berkurang 10% pada Maret. Oleh karena itu, sentimen tersebut telah membawa harga bahan baku baja berada dalam tekanan.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (11/3/2019), kontrak bijih besi teraktif di bursa Dalian Commodity Exchange, turun sebanyak 2,51% menjadi US$89,3853 per ton, terendah sejak 27 Februari. Pun, bahan baku lain untuk produksi baja turun, yaitu Dalian coke yang melemah sebanyak 3% menjadi 1.982,5 yuan dan batubara kokas turun 2,5% menjadi 1.223 yuan.
Sementara itu, pada perdagangan Senin (11/3/2019), harga baja di bursa Shanghai bergerak melemah 1,48% menjadi US$554,312 per ton. Secara year to date, harga baja masih bergerak di zona merah, melemah 3,70%
Di sisi lain, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh konsultan SteelHome, permintaan bijih besi yang tetap lemah sepanjang Februari mengakibatkan pasokan di pelabuhan Tiongkok terus meningkat, mencapai lebih dari 147 juta ton pada 11 Maret 2019, tertinggi sejak September 2018.
"Upaya re-stocking secara keseluruhan buruk karena berbagai pemotongan sintering di China terus mengurangi minat dan pabrik terus men-stock bahan yang tersedia," papar Hui Heng Tan.