Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SBN Ritel SR-011 Ditargetkan Terserap Rp10 Triliun Sebulan Ini

Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menargetkan pemasaran instrumen surat berharga negara untuk investor ritel atau SBN ritel seri sukuk negara SR-011 dapat mencapai Rp10 triliun pada bulan ini.
Dirjen DJPPR Kementerian Keuangan Luki Alfirman (kiri) bersama Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah bersama-sama membuka masa penawaran instrumen SR-011 di Jakarta, Jumat (1/3/2019). (Emanuel Caesario/Bisnis)
Dirjen DJPPR Kementerian Keuangan Luki Alfirman (kiri) bersama Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah bersama-sama membuka masa penawaran instrumen SR-011 di Jakarta, Jumat (1/3/2019). (Emanuel Caesario/Bisnis)

Bisnis.com, JAKARTA—Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menargetkan pemasaran instrumen surat berharga negara untuk investor ritel atau SBN ritel seri sukuk negara SR-011 dapat mencapai Rp10 triliun pada bulan ini.

DJPPR mulai memasarkan instrumen SR-011 hari ini, Jumat (1/3/2019) hingga Kamis (21/3/2019) mendatang. Instrumen ini diterbitkan dengan kupon sebesar 8,05% dan tenor 3 tahun. Bunga akan dibayarkan pada tanggal 10 setiap bulan.

Instrumen ini merupakan instrumen yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Namun, perdagangan di pasar sekunder baru dapat dilakukan setelah 2 kali periode pembayaran kupon, atau mulai 11 Juni 2019.

Luki Alfirman, Dirjen DJPPR Kementerian Keuangan, mengatakan bahwa pemerintah menerbitkan banyak instrumen SBN ritel tahun ini, yakni mencapai 10 instrumen. Oleh karena itu, tidak masalah bila emisi masing-masing seri tidak terlalu tinggi.

Ini berbeda dibandingkan tahun lalu yang mana emisi SBN ritel hanya 5 kali, atau di tahun-tahun sebelumnya yang bahkan hanya 2-3 kali. Hal itu menyebabkan emisi per instrumen bisa sangat tinggi.

Pada awal tahun ini, pemerintah sudah menerbitkan 2 instrumen SBN ritel, masing-masing saving bond retail SBR-005 senilai Rp4 triliun dan sukuk tabungan ST-003 Rp3,13 triliun. Keduanya merupakan instrumen yang tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Luki mengatakan, SR-011 merupakan instrumen yang dapat diperdagangkan, sehingga dari segi volume pemesanan biasanya lebih tinggi. Selain itu, tenornya juga lebih panjang, yakni 3 tahun. Seri non-tradable hanya memiliki tenor 2 tahun.

“Untuk SR-011 ini kita targetnya Rp10 triliun,” katanya usai peresmian pembukaan masa penawaran SR-011 di Jakarta, Jumat (1/3/2019).

Luki mengatakan, pemerintah tetap mempertahankan target emisi SBN ritel tahun ini mencapai Rp80 triliun. Ini merupakan target tertinggi sepanjang sejarah. Setelah memasarkan SR-011, pemerintah masih akan memasarkan 7 instrumen lagi untuk mencapai target itu.

Meskipun pemerintah hanya menargetkan Rp10 triliun pada SR-011, tetapi pemerintah tidak menutup kemungkinan untuk menyerap lebih banyak bila permintaan yang masuk tinggi. Namun, pemerintah berupaya dengan strategi promosi ke daerah-daehra untuk bisa mencapai target Rp10 triliun.

Pemerintah melibatkan 22 mitra distribusi untuk mengejar target tersebut. Sebanyak 10 di antaranya merupakan bank, sedangkan 2 sekuritas.

Berbeda dibandingkan 2 seri di awal tahun ini, SR-011 masih dipasarkan secara online. Menurutnya, saat ini pemerintah sedang melakukan proses transisi, sehingga seri SR-011 belum bisa dipasarkan online.

Namun, nantinya seri ORI-016 yang akan dipasarkan Oktober 2019 mendatang sudah akan menggunakan mekanisme pemasaran online. Sementara itu, 6 seri SBN ritel non tradable lainnya tahun ini akan tetap dipasarkan secara online.

Adapun, pemasaran instrumen sukuk ritel tertinggi pernah dicapai pada 2016 lalu dengan nilai Rp31,5 triliun, yakni SR-008. Instrumen tersebut akan jatuh tempo pada bulan ini pula. Namun, mengingat instrumen tersebut sudah ditransaksikan di pasar sekunder, mayoritas kepemilikannya sudah beralih ke investor institusi, sehingga tidak dapat melakukan investasi ulang di seri baru SR-011.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper