Bisnis.com, JAKARTA – Oblgasi di negara berkembang Asia makin menarik minat investor global didorong oleh prospek inflasi di kawasan. Adapun, tarif impor AS akan mendorong produsen mencari pelanggan yang lebih dekat dari pasar domestik.
Fokus negara-negara Asia ke produksi lokal yang lebih besar saat ini disebut bisa meredam tekanan inflasi. Hal itu terjadi ketika imbal hasil obligasi jangka panjang di kawasan Asia yang telah disesuaikan dengan inflasi berada di atas rata-rata historis.
Dengan valuasi yang menarik dan inflasi terkendali itu, kemungkinan bakal menarik daya tarif instrumen pendapatan tetap di Asia.
Manajer Portofolio Invesco Hong Kong Ltd. Yifei Ding mengatakan tarif impor AS yang lebih tinggi akan melemahkan permintaan ekspor di negara berkembang Asia.
Selanjutnya, hal itu akan mendorong pergeseran produksi untuk pasar domestik. Dengan peningkatan pasokan barang di dalam negeri, akan membantu menjaga inflasi lokal tetap terkendal.
“Hal ini akan membuat obligasi negara berkembang Asia menjadi lebih menarik bagi investor pendapatan tetap domestik," kata Ding, dikutip Bloomberg, Kamis (17/7/2025).
Adapun, inflasi domestik yang terkendali dapat menjadi titik cerah di tengah ketidakpastian tarif AS yang berubah-ubah. Saat ini, pemerintah di Asia tengah berupaya mempercepat kesepakatan dagang dengan AS demi melindungi perekonomian mereka yang bergantung pada ekspor.
Prospek inflasi domestik juga akan sangat bergantung pada keputusan pemerintah dalam memberikan stimulus fiskal, serta arah pergerakan nilai tukar dolar AS.
Untuk saat ini, tekanan harga di Asia masih terkendali. Inflasi berada dalam target Bank Indonesia dan Reserve Bank of India, dan bahkan di bawah target Bank of Thailand, Bangko Sentral ng Pilipinas, serta People’s Bank of China.
Data inflasi yang berada dalam kisaran target ini memicu ekspektasi bahwa bank sentral di kawasan ini mungkin akan menurunkan suku bunga atau mempertahankannya. Beberapa pemangkasan suku bunga yang telah dilakukan tahun ini juga telah membantu menurunkan imbal hasil nominal.
Meski demikian, surat utang dari negara-negara Asia kini lebih menarik dari biasanya. Imbal hasil obligasi 10 tahun Filipina, setelah disesuaikan dengan inflasi terbaru, berada 2,1 deviasi standar di atas rata-rata lima tahunnya. Indikator yang sama untuk India mencapai 2,5, sementara Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan berada di kisaran 0,60.
“Inflasi yang sangat rendah di negara berkembang Asia membuat valuasi obligasi pemerintah tetap menarik secara riil,” ujar Rohit Garg, kepala strategi valuta asing dan suku bunga Asia (di luar Jepang) di Citigroup Inc.