Bisnis.com, JAKARTA – Kendati dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (28/2/2019), harga sawit sejatinya berada dalam tren melemah dalam sepekan ini.
Mengutip data Bloomberg, harga sawit untuk kontrak Mei 2019 di Bursa Derivatif Malaysia berada pada level 2.257 ringgit per ton, Jumat (22/2/2019) minggu lalu.
Namun, pada perdagangan Rabu (27/2/2019), harga komoditas andalan Malaysia dan Indonesia ini menyentuh pada level 2.132 ringgit per ton. Artinya selama sepekan, harga bahan baku mentega ini sudah turun sebanyak 5,54%.
Pada hari ini, harga sawit mencoba bangkit setelah dibuka menguat 0,42% atau 9,00 poin menjadi 2.141 ringgit per ton. Sebelumnya, harga crude palm oil ini ditutup melemah sebesar 2,34% atau 51,00 poin di level 2.132 ringgit per ton.
Melemahnya harga sawit sepanjang pekan ini dipicu oleh sejumlah sentimen negatif, antara lain ekspektasi melimpahnya produksi sawit di negara produsen, lemahnya permintaan, dan turunnya harga minyak kedelai.
Adapun penguatan hari ini didorong oleh perkiraan produksi sawit di Malaysia mengalami penurunan pada Februari tahun ini. “Aksi jual jatuh begitu dalam kemarin (27/2/2019). Namun saya pikir akan cepat pulih,” kata seorang trader berjangka di Kuala Lumpur, Malaysia, dikutip dari Bloomberg, Kamis (28/2/2019).
Baca Juga
Dia mengatakan, hal itu didasarkan atas ekspektasi bahwa produksi sawit pada Februari akan jatuh sebanyak 7 – 10%. Hal ini menjadi sentimen positif bagi harga sawit untuk menguat.
Data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Board/MPOB) menunjukkan produksi pada Januari jatuh 3,9% menjadi 1,74 juta ton. Terkait data Februari, dewan tersebut dijadwalkan akan merilisnya pada 11 Maret mendatang.
Surveyor kargo Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia melaporkan, ekspor sawit pada Februari turun 14,5-15,2% dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade juga menguat 0,13% atau 0,04 poin di level US$30,16 per pon. Untuk diketahui, harga minyak sawit seringkali terpengaruhi kenaikan harga minyak kedelai. Alasannya keduanya bersaing di pasar minyak nabati dunia.