Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan batu bara PT Bumi Resources Tbk. memproyeksikan perseroan akan memproduksi batu bara pada kisaran 21 juta—22 juta ton selama kuartal I/2019. Pada awal tahun ini, cuaca terpantau lebih mendukung dan pasar diyakini lebih baik dari kuartal I/2018.
Volume produksi tersebut sedikit lebih tinggi dari capaian emiten pertambangan Grup Bakrie tersebut pada kuartal I/2018 yang sebesar 20,5 juta ton. Produksi batu bara perseroan dilaksanakan oleh dua entitas anak yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (AI).
Direktur dan Sekretaris Perusahaan bumi Resources Dileep Srivastava menyampaikan tetap menggenjot produksi batu bara meski saat ini musim hujan masih terus berjalan. Selain itu, pasar ekspor juga terpantau masih lesu.
“Terlalu cepat untuk memprediksi tetapi [produksi batu bara] akan sekitar 21 juta—22 juta ton pada kuartal pertama 2019,” ungkap Dileep saat dikonfirmasi Bisnis.com, Rabu (13/2).
Dileep menyampaikan bahwa pasar ekspor memang cenderung belum menunjukkan permintaan yang menguat pada tahun ini, setelah sempat pulih pada tahun lalu. Hal tersebut terbukti dengan BUMI yang memiliki inventori sebesar 6,3 juta ton di penghujung tahun 2018.
Berdasarkan laporan bulanan BUMI, perseroan melakukan aktivitas eksplorasi melalui entitas anak yaitu Gallo Oil (Jersey) Ltd. pada blok 13 perseroan yang berada di Yaman. Dari eksplorasi tersebut, perseroan menggelontorkan Rp380,91 juta sebagai belanja operasional (opex). Dari situ, perseroan menemukan adanya potensi Hydrocarbon di Blok 13.
Presiden Drektur Bumi Resources Saptari Hoedjaja sebelumnya menyampaikan perseroan akan memproduksi hingga 94 juta ton batu bara di 2019. Perseroan optimistis dengan target raksasa tersebut karena alat produksi dan infrastruktur yang sudah tersedia.
“Untuk memesan alat berate itu butuh waktu yang cukup lama, deadlock-nya bisa setahunan,” ungkap Saptari.