Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Karet Tambah Kendur, Ini Sentimen Penekannya

Harga karet memperpanjang pelemahannya dan anjlok lebih dari 2% pada perdagangan hari ini, Selasa (29/1/2019), di tengah penguatan mata uang yen Jepang dan kemerosotan harga minyak mentah.
Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatra Selatan, Selasa (8/1/2019)./Antara-Nova Wahyudi
Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatra Selatan, Selasa (8/1/2019)./Antara-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga karet memperpanjang pelemahannya dan anjlok lebih dari 2% pada perdagangan hari ini, Selasa (29/1/2019), di tengah penguatan mata uang yen Jepang dan kemerosotan harga minyak mentah.

Berdasarkan data Bloomberg, harga karet untuk kontrak teraktif Juni 2019 di Tokyo Commodity Exchange (Tocom), berakhir anjlok 2,10% atau 3,80 poin di level 177,10 yen per kg dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (28/1), harga karet kontrak Juni ditutup melorot 1,04% atau 1,90 poin di level 180,90 yen per kg. Harga karet mulai melanjutkan pelemahannya ketika dibuka turun 0,50% atau 0,90 poin di posisi 180 pagi tadi.

Sementara itu, nilai tukar yen sore ini terpantau lanjut menguat 0,10% atau 0,11 poin ke level 109,22 per dolar AS pada pukul 15.25 WIB. Pada perdagangan Senin (28/1), harga karet ditutup terapresiasi 0,20% atau 0,22 poin di posisi 109,33, penguatan hari kedua berturut-turut.

Yen, yang bersifat sebagai mata uang safe haven, berada di kisaran level tertingginya dalam 1 pekan akibat didorong kekhawatiran seputar perlambatan pertumbuhan global.

Penguatan nilai tukar yen Jepang terhadap dolar AS membuat harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang ini menjadi relatif lebih mahal bagi para pembeli luar negeri. Dampaknya, permintaan akan komoditas ini berpotensi tergerus.

Pasar tengah menantikan perkembangan Brexit juga perundingan perdagangan Amerika Serikat-China yang akan berlangsung pada 30-31 Januari. Menurut Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, pemerintahan Presiden Donald Trump akan menekan China untuk membuktikan dapat menepati janji-janjinya dalam perundingan tersebut.

Dalam sebuah briefing di Washington pada Senin (28/1) waktu setempat, Mnuchin mengatakan putaran pembicaraan yang akan diadakan selama dua hari tersebut akan membahas tuntutan AS atas perubahan struktural pada ekonomi China dan janji Beijing untuk membeli lebih banyak barang-barang asal Amerika.

“Pasar merisaukan permintaan karet alam di China ketika para pedagang tidak terlalu optimistis bahwa perundingan AS-China pekan ini akan membawa progres nyata,” ujar Gu Jiong, analis Yutaka Shoji, seperti dilansir Bloomberg.

Turut membebani karet, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2019 pada perdagangan Senin (28/1) ditutup anjlok 3,17% atau 1,70 poin di level US$51,99 per barel di New York Mercantile Exchange.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Maret 2019 berakhir anjlok 2,77% di level US$59,93 per barel di ICE Futures Europe exchange di London.

Kemerosotan harga minyak mentah serta merta menyeret harga karet turun karena membebani ekspektasi bahwa harga karet sintetis juga akan melemah.

Seperti diketahui, karet sintetis yang menjadi bahan subtitusi utama karet alam dibuat dari polimer turunan minyak, sehingga pergerakan harganya jelas dipengaruhi harga minyak yang menjadi bahan baku asalnya.

“Di samping itu, harga karet anjlok karena sejumlah investor melakukan ambil untung menjelang Libur Tahun Baru China pekan depan,” tambah Gu Jiong.

Di Shanghai Futures Exchange, harga karet untuk kontrak teraktif Mei 2019 terpeleset dan berakhir merosot 1,41% atau 165 poin di level 11.505 yuan per ton, setelah mampu ditutup naik tipis 0,04% di posisi 11.670 pada Senin (28/1).

Pergerakan Harga Karet Kontrak Juni 2019 di Tocom

Tanggal

Harga (Yen/Kg)              

Perubahan

29/1/2019

177,10

-2,10%

28/1/2019

180,90

-1,04%

25/1/2019

182,80

+0,83%

24/1/2019

181,30

-1,31%

23/1/2019

183,70

+0,05%      

Sumber: Bloomberg                         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper