Bisnis.com, JAKARTA—Melesunya bisnis makanan membuat peritel PT Hero Supermarket Tbk. melakukan efisiensi dengan menutup 26 gerai dan memberhentikan 532 karyawan.
Tony Mampuk, Corporate Affairs GM Hero Supermarket menyampaikan, 92% dari karyawan yang terdampak dari kebijakan efisiensi tersebut telah menerima dan sepakat untuk mengakhiri hubungan kerja dan mendapatkan hak sesuai dengan Undang-undang Kementerian Tenaga Kerja RI No. 13 Tahun 2003 tetang ketenagakerjaan.
“Perusahaan saat ini sedang menghadapi tantangan bisnis khususnya dalam bisnis makanan, oleh karena itu kami mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga keberlangsungan usaha di masa yang akan datang,” tulis Tony, seperti dikutip dari keterangan resmi, Minggu (13/1/2019).
Adapun penutupan sejumlah gerai dilakukan emiten berkode saham HERO tersebut karena perseroan mengalami penurunan total penjualan bisnis makanan pada kuartal III/2018 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Hingga September 2018, pendapatan bersih HERO yang dibukukan dari segmen makanan tercatat turun ke level Rp7,84 triliun, turun 6% dari posisi Rp8,34 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, penjualan segmen non-makanan HERO hingga September 2018 senilai Rp2 triliun, naik 24,22% year on year dari posisi Rp1,61 triliun.
Dengan demikian, sampai dengan kuartal III/2018, HERO mencatatkan penurunan total penjualan sebesar 1,1% yoy senilai Rp9,849 triliun dari perolehan pada tahun sebelumnya senilai Rp9,961 triliun.
Adapun, total gerai yang dioperasikan perseroan sampai 30 September 2018 adalah sebanyak 448 toko, terdiri dari 258 Guardian Health & Beauty, 96 Giant Ekspres, 59 Giant Ekstra, 31 Hero Supermarket, 3 Giant Mart, dan satu toko IKEA.
Bila dibandingkan dengan semester I/2018, jumlah gerai HERO memang mengalami penurunan pada paruh kedua tahun lalu. Total gerai HERO pada semester I/2018 sebanyak 447 gerai, terdiri dari 257 gerai, 99 gerai Giant Ekspres, 59 Giant Ekstra, 31 Hero Supermarket dan 1 IKEA.