Bisnis.com, JAKARTA — Harga bijih besi berhenti melakukan reli penguatannya dan berbalik negatif turun menjadi US$74 per ton pada perdagangan hari ini, Kamis (10/1/2019).
Hal tersebut membenarkan prediksi Goldman Sachs yang memperkirakan reli penguatan bijih besi diatas US$70 per ton tidak akan berkepanjangan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga bijih besi mulai turun 0,60% menjadi US$74,7 per ton pada perdagangan hari ini, Kamis (10/1/2019). Padahal pada perdagangan sebelumnya, harga bijih besi ditutup menguat 0,52% mencapai level US$75,1 per ton.
Analis Goldman Sachs Hui Shan mengatakan, harga bijih besi yang cukup tinggi saat ini tidak akan bertahan lama walaupun fundamental industri baja kini telah membaik, seperti jumlah stok baja yang rendah, inventaris pelabuhan untuk bijih besi yang menurun, dan permintaan restock oleh pabrik menjelang Tahun Baru China.
“Walaupun demikian, harga bijih besi diperkirakan akan kembali anjlok mencapai US$60 per ton pada 6 bulan ke depan,” ujar Hui Shan, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (10/1/2019).
Setelah aksi jual di November 2018 yang didorong oleh penurunan margin pabrik, bijih besi kembali bangkit dengan harga spot benchmark mampu melonjak hingga 11% pada Desember 2018, menjadi kenaikan bulanan terbesar lebih dari setahun terakhir.
Baca Juga
Bijih besi telah mempertahankan kenaikan tersebut bahkan ketika banyaknya sinyal terkait dengan pertumbuhan ekonomi China, negara konsumen bijih besi terbesar di dunia, yang melambat.
Selain itu, pada perdagangan Rabu, (9/1/2019), hampir seluruh harga baja dan bahan mentahnya mengalami kenaikan akibat Pemerintahan China yang mengatakan akan memerkuat konsumsi domestik dengan meningkatkan pembelian mobil dan peralatan rumah.