Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apa Saja Strategi Investasi Saham pada 2019?

Awal tahun menjadi waktu yang tepat untuk menyusun strategi investasi sesuai kondisi ekonomi dan politik. Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk. (RELI) Sriwidjaja Rauf mengatakan strategi yang tepat untuk investor pada awal tahun adalah mengurangi aset berisiko dan menambah porsi aset minim risiko.
Pengunjung mengabadikan harga saham, di Jakarta, Kamis (3/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung mengabadikan harga saham, di Jakarta, Kamis (3/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA -- Awal tahun menjadi waktu yang tepat untuk menyusun strategi investasi sesuai kondisi ekonomi dan politik.

Tahun ini, ada beberapa risiko investasi yang muncul, salah satunya Pemilu 2019. Namun, di balik risiko juga biasanya ada peluang.

Pemilu biasanya menciptakan perputaran uang yang lebih besar dari kondisi normal di masyarakat. Dengan perputaran uang yang lebih besar, bursa saham dipacu untuk bergerak lebih tinggi.

Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk. (RELI) Sriwidjaja Rauf mengatakan strategi yang tepat untuk investor pada awal tahun adalah mengurangi aset berisiko dan menambah porsi aset minim risiko.

"Awal tahun ini, sentimen yang menerpa cukup berisiko terutama sentimen global, di mana efek tensi perdagangan global mulai terasa oleh China pada kinerja manufaktur yang turun mendekati batasan level ekspansi. Dari dalam negeri, investor cenderung wait and see karena sentimen Pemilu," paparnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Jumat (4/1/2019).

Adapun saham yang layak dicermati dan dikoleksi antara lain saham emiten konstruksi, pertanian, dan konsumer seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP), PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM).

Strategi lain yang bisa dilakukan adalah dengan melihat kinerja saham-saham berkapitalisasi besar dalam tiga tahun terakhir, dengan pertimbangan sebentar lagi akan memasuki musim pembayaran dividen. Sriwidjaja mengungkapkan beberapa saham memiliki pola yang berulang, yakni kinerjanya mulai naik sekitar November hingga Februari-Maret.

Momentum ini dapat dimanfaatkan oleh para investor yang menyukai saham dengan fundamental kuat untuk mendapatkan capital gain yang relatif signifikan. Misalnya, saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), PT Astra International Tbk. (ASII), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR).

Tetapi, jangan hanya terpaku pada faktor-faktor tersebut dan melupakan kinerja emiten terkait. Selain itu, perhatikan analisis teknikal dan fundamentalnya serta cermati outlook dan sentimen yang kira-kira bakal berpengaruh sepanjang tahun.

Setelah itu, lanjutnya, baru tentukan sektor mana yang akan terpengarurh dan saham apa yang cukup murah secara fundamental. Lihat juga potensi tingkat pengembalian labanya.

Menurut riset RELI, data kinerja manufaktur Indonesia mencatatkan perbaikan dan pertumbuhan di atas ekspektasi, yakni berada di level 51,2 dari 50,4 pada periode sebelumnya. Inflasi juga relatif terjaga di kisaran 3%.

Di sisi lain, data kinerja manufaktur China menunjukkan kontraksi. Survei Caixin memperlihatkan indeks manufaktur Negeri Panda berada di bawah level ekspansi, yakni 49,7, dari sebelumnya 50,1.

Sriwidjaja menyampaikan investor perlu mencermati saham yang memiliki P/E rendah dan Return on Equity (ROE) di atas 20%. Perhatikan pula saham-saham yang sudah oversold dan mencoba rebound mematahkan tren bearish-nya.

Dia menambahkan investasi diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kekayaan aset serta mengantisipasi ketidakpastian di masa depan. Untuk itu, selalu sisihkan pendapatan lebih untuk investasi.

Hal penting yang mesti diingat, tegas Sriwidjaja, adalah tidak menempatkan seluruh dana investasi pada satu jenis instrumen. Kemudian, disiplin menetapkan target investasi, baik profit maupun cut loss.

Jika ingin berinvestasi di saham, selalu kenali dulu saham yang akan dibeli agar paham apa saja risikonya dan tidak ikut-ikutan orang lain. Cek pula penawaran investasi yang datang ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjamin investasi dan perusahaan yang mengelolanya tidak bermasalah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper