Bisnis.com, JAKARTA – Seluruh harga komoditas mengalami tahun penuh tekanan sepanjang 2018, mulai dari penurunan parah harga minyak mentah dan logam dasar, serta bahan mentah lainnya yang diperkirakan masih akan terjadi hingga Januari.
Kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi pemicu.
Indeks Bloomberg Commodity, pengukur 22 kontrak berjangka komoditas bahan mentah, menuju penurunan 12% sepanjang tahun ini setelah menyentuh level terendahnya sejak April 2017 pada awal bulan ini. Pelemahan kali ini menjadi penurunan tahunan ketujuh dari 11 tahun perdagangan.
Harga bahan mentah menyentuh level terendahnya setelah adanya tanda bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat pada tahun depan, disertai dengan ketidakpastian dari perang dagang antara AS dan China.
Selain itu, yang menambah tekanan lagi pada pergerakan harga komoditas adalah indeks manufaktur China yang menyusut pada bulan ini.
Di antara banyaknya komoditas yang berkinerja buruk tahun ini, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok hingga hampir 25% sepanjang tahun karena jumlah pasokan yang terlalu banyak.
Baca Juga
Sementara itu, logam dasar seperti tembaga, yang menjadi pengukur kekuatan ekonomi, terkikis 18% di bursa AS.
Dari seluruh komoditas, gas alam menjadi salah satu yang mengalami kenaikan harga sepanjang tahun ini, meskipun mendapat tekanan besar selama sebulan belakangan.
“Yang jelas, pertumbuhan ekonomi global yang memicu kenaikan aset berisiko kini sudah mulai melambat,” ujar Stephen Innes, Kepala Perdagangan Asia-Pasifik di Oanda, dikutip dari Bloomberg, Senin (31/12).
Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur China tercatat turun ke 49,4 poin pada Desember, terendah sejak awal 2016, di bawah level 50 yang umumnya memicu kontraksi.
Di industri lainnya dari bahan mentah global, PMI industri baja tercatat turun ke 44,2 poin dengan Chinga menyumbang setengah dari keseluruhan pasokan baja dunia.
Pada akhir tahun ini, bank sentral China telah mencatatkan kinerja yang baik sepanjang 2018 setelah menghadapi perubahan besar dari faktor eksternal dan tekanan dalam perekonomian domestiknya.
“Tahun depan, tekanan pada perekonomian juga akan makin kuat melihat pertumbuhan perekonomian global yang melambat,” ungkap Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan.