Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia bergerak turun pada perdagangan pagi ini, Rabu (26/12/2018), menyusul kemerosotan yang dialami bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) pada malam Natal akibat serangkaian perkembangan politik AS yang meresahkan, termasuk penutupan layanan pemerintah federal (government shutdown)
Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang turun 0,1%, meskipun indeks Nikkei Jepang mampu melonjak 1,8% setelah terjungkal sekitar 5% dan masuk ke dalam teritori bearish pada perdagangan Selasa (25/12).
Sementara itu, S&P 500 E-mini futures dilaporkan flat, mengindikasikan arah awal perdagangan yang sepi untuk Wall Street ketika pasar saham AS dibuka kembali setelah Hari Natal.
Bursa saham AS telah merosot dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekhawatiran seputar pertumbuhan ekonomi yang lebih lesu. Presiden AS Donald Trump telah menuding bank sentral AS Federal Reserve sebagai penyebab atas pergolakan ekonomi serta mengkritik Gubernur Th Fed Jerome Powell terkait hal ini.
Kabar tersebut semakin meresahkan investor setelah bergulat dengan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan global, kinerja keuangan perusahaan, dan ketegangan perdagangan AS-China.
Dalam upaya untuk meyakinkan investor, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada hari Minggu (23/12) menghubungi para pimpinan enam bank terbesar AS, yang mengonfirmasikan bahwa mereka memiliki cukup likuiditas untuk melanjutkan pemberian pinjaman dan bahwa pasar terus berfungsi dengan baik.
Sementara itu, government shutdown kembali terjadi setelah Partai Demokrat di Senat AS tidak meloloskan keinginan Presiden AS Donald Trump untuk mendapatkan dana pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko.
Trump mengajukan anggaran sebesar US$5 miliar, sedangkan Partai Demokrat hanya mau menyetujui US$1,3 miliar.
Direktur Anggaran dan Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney mengatakan government shutdown bisa berlangsung lebih lama dari 28 Desember 2018 dan berlanjut hingga Kongres baru terbentuk.
Dengan government shutdown ini, pendanaan bagi sekitar seperempat program pemerintah federal habis pada Jumat (21/12) tengah malam. Departemen yang terdampak di antaranya Departemen Keamanan Dalam Negeri, Departemen Kehakiman, dan Departemen Pertanian.
"Selain kekhawatiran terhadap ekonomi AS, pasar sekarang harus bergulat dengan gejolak yang tumbuh di Gedung Putih yang telah meningkatkan risiko politik menjelang akhir tahun," kata Masahiro Ichikawa, pakar strategi senior di Sumitomo Mitsui Asset Management, seperti dilansir dari Reuters.