Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Terseret Aksi Jual Global, Apresiasi Rupiah Batasi Koreksi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Selasa (18/12/2018).
Pengunjung beraktivitas di samping papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Jakarta, Senin (17/12/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung beraktivitas di samping papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Jakarta, Senin (17/12/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Selasa (18/12/2018).

IHSG ditutup turun tipis 0,12% atau 7,44 poin di level 6.081,87, setelah berakhir melorot 1,31% atau 80,54 poin di level 6.169,84 pada perdagangan Senin (17/12).

Kendati demikian, indeks mampu mengikis sebagian besar pelemahannya hari ini setelah dibuka turun 0,54% atau 33,07 poin di posisi 6.056,23 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di kisaran 6.014,79 – 6.081,87.

Lima dari sembilan sektor dalam IHSG berakhir di teritori negatif, dipimpin sektor tambang (-1,16%) dan properti (-1,13%). Adapun empat sektor lainnya, dipimpin aneka industri yang naik 0,77%, mampu menetap di zona hijau sekaligus membatasi besarnya pelemahan IHSG.

“Kekhawatiran atas defisit transaksi berjalan semakin meningkat setelah pemerintah melaporkan defisit neraca perdagangan yang lebih besar dari perkiraan pada hari Senin,” jelas Hariyanto Wijaya, kepala penelitian di Mirae Asset Sekuritas Indonesia, seperti dikutip Bloomberg.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (17/12) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$2,05 miliar pada November 2018 seiring besarnya defisit di neraca migas. 

Nilai defisit ini disebabkan oleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$14,83 miliar atau lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor sebesar sebesar US$16,88 miliar.

Dari 621 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 168 saham menguat, 216 saham melemah, dan 237 saham stagnan.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang masing-masing turun 1,94% dan 0,54% menjadi penekan utama terhadap pergerakan IHSG pada akhir perdagangan hari ini.

Di sisi lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing naik 0,83% dan 1,03% menjadi pendorong utama pergerakan IHSG dan membatasi pelemahannya hari ini.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berhasil melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari kedua. Nilai tukar rupiah ditutup menguat 79 poin atau 0,54% di level Rp14.501 per dolar AS, setelah mampu rebound tipis 1 poin dan berakhir di posisi 14.590 pada Senin (17/12).

Vice President Research Department Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan kondisi nilai tukar yang terlihat semakin stabil turut menjaga kondisi perekonomian dalam keadaan terkendali.

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis 27 melanjutkan pelemahannya pada hari ketiga meskipun hanya turun 0,12% atau 0,67 poin di level 546,40, setelah dibuka melemah 0,85% atau 4,6 poin di posisi 542,40 pagi tadi.

Aksi jual bersih atau net sell oleh investor asing pun berlanjut pada perdagangan hari ketiga. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan net sell sebesar Rp916,72 miliar pada perdagangan hari ini.

Indeks saham lainnya di Asia mayoritas juga memerah sore ini, di antaranya indeks PSEi Filipina (-1,33%), indeks FTSE KLCI Malaysia (-0,38%), indeks FTSE Straits Times Singapura (-2,21%), dan indeks SE Thailand (-1,07%).

Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing berakhir merosot 1,99% dan 1,82%, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan ditutup turun 0,43%.

Sementara itu di China, indeks Shanghai Composite dan indeks CSI 300 masing-masing ditutup melemah 0,82% dan 1,04%. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong berakhir melemah 1,05%.

Secara keseluruhan, pasar saham global bertumbangan pada hari ini mengekor penurunan tajam bursa saham Wall Street di Amerika Serikat (AS) saat investor berupaya mengambil posisi menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve AS.

Pada perdagangan Senin (17/12), indeks S&P 500 ditutup di level terendahnya dalam 14 bulan, sedangkan Indeks Russell 2000 yang berisikan perusahaan-perusahaan berukuran lebih kecil memasuki kondisi pasar bearish.

Kekhawatiran tentang melambatnya ekonomi global meresahkan investor, tepat menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve AS pekan ini yang diantisipasi akan menaikkan suku bunga untuk keempat kalinya tahun ini.

Pada saat yang sama, dalam pidatonya yang menandai 40 tahun liberalisasi pasar, Presiden China Xi Jinping tidak menawarkan langkah-langkah dukungan spesifik untuk perekonomian. Hal ini serta merta menambah tekanan dari goyahnya bursa saham di Asia dan Amerika Serikat (AS).

“Ekspektasi bahwa pidato Xi Jinping akan memberi dorongan pada saham (atau setidaknya, mencegah aksi jual) gagal, dan karena “tidak ada sesuatu istimewa" yang diumumkan, bursa saham Asia mengikuti aksi jual di AS, kata Castor Pang, kepala riset di Inti Pacific-Yamaichi International HK, seperti dilansir Reuters.

Saham-saham penekan IHSG:                                                       

Kode

(%)

BBCA

-1,94

HMSP

-0,54

BMRI

-0,68

PTBA

-3,64

POLL

-11,93

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

(%)

BBRI

+0,83

UNVR

+1,03

INKP

+5,49

ASII

+0,90

TLKM

+0,81

 

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper