Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Melonjak, IHSG Mantap Menguat Pada Akhir Sesi I

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin memantapkan penguatannya sebesar hampir 1% pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (13/12/2018).
Karyawan melintas di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawan melintas di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin memantapkan penguatannya sebesar hampir 1% pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (13/12/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 0,90% atau 55,02 poin ke level 6.170,60 pada akhir sesi I, setelah dibuka dengan kenaikan 0,41% atau 25,30 poin di posisi 6.140,88.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.139,33 – 6.178,60. IHSG melanjutkan penguatannya setelah mampu rebound dan berakhir menanjak 0,64% atau 38,99 poin di posisi 6.115,58 pada perdagangan Rabu (12/12).

Sektor aneka industri, yang naik 2,13%, memimpin penguatan seluruh sektor pada akhir sesi I. Berturut-turut mengekor aneka industri adalah sektor infrastruktur (+1,97%), tambang (+1,27%), dan industri dasar (+1,26%).

Sebanyak 239 saham menguat, 135 saham melemah, dan 247 saham stagnan dari 621 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia siang ini.

Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing naik 2,47% dan 2,42% menjadi pendorong utama terhadap penguatan IHSG pada akhir sesi I.

Indeks saham lainnya di kawasan Asia juga menguat siang ini, di antaranya indeks FTSE Straits Times Singapura (+0,37%), indeks FTSE Malay KLCI (+0,66%), indeks SE Thailand (+0,04%), dan indeks PSEi Filipina (+0,84%).

Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing menguat 0,67% dan 1,07%, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,70%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing menguat 1,46% dan 1,75% pada pukul 12.10 WIB.

Secara keseluruhan, pasar saham Asia melonjak pada perdagangan hari ini di tengah tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan China-AS dan harapan bahwa China akan meningkatkan upaya segera untuk mendukung ekonominya.

Setelah mengawali perdagangan hari ini dengan pergerakan yang cenderung moderat, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang melonjak lebih dari 1% pada pertengahan hari ini.

Reuters melaporkan pada hari ini bahwa perusahaan-perusahaan BUMN China telah membeli lebih dari 1,5 juta ton kedelai AS, pembelian kedelai AS berjumlah besar pertama dalam lebih dari enam bulan.

Pembelian itu menjadi bukti yang paling konkret bahwa China sedang berusaha menjalankan komitmen kesepakatan gencatan perang dagang yang dibuat ketika Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu di Argentina pada 1 Desember.

China juga dikabarkan sedang mempertimbangkan rencana untuk menunda beberapa target dalam strateginya untuk mendominasi teknologi tinggi seiring dengan upayanya untuk mengurangi tensi perdagangan dengan AS.

Namun, pergolakan ekonomi China lebih berakar dari sekadar isu perdagangan. Investor global meyakini bahwa pemerintah China akan melancarkan lebih banyak langkah dukungan dalam beberapa bulan mendatang guna mengurangi risiko perlambatan yang lebih tajam.

Zhang Gang, seorang analis di China Central Securities, mengatakan harapan investor terhadap dukungan kebijakan lebih lanjut meningkat menjelang pertemuan Central Economic Work Conference (CEWC) yang biasanya dihelat pada pertengahan Desember.

Pertemuan tahunan yang dilangsungkan di China ini menetapkan agenda nasional untuk ekonomi China berikut sektor-sektor finansial dan perbankannya. Target pertumbuhan ekonomi dan tujuan kebijakan utama dibahas di dalamnya tetapi biasanya tidak diumumkan secara terbuka hingga gelaran Kongres Rakyat Nasional pada bulan Maret.

Sejumlah analis telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi China dapat melambat menjadi sekitar 6% tahun depan, laju paling lambat sejak 1990, dari sekitar 6,5% pada 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper