Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga mengalami kenaikan dan menghapuskan penurunan selama beberapa sesi, tetapi berpotensi tertahan oleh tekanan perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang justru memanas menuju pertemuan presiden kedua negara.
Pemerintah AS pada Selasa mengatakan bahwa China telah gagal memperbaiki pratik ketidakadilannya dan menambah tensi dagang antara kedua negara sebelum Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping melakukan pertemuan pada pekan depan.
Hampir seluruh harga logam dasar di Shanghai Futures Exchange tergelincir pada perdagangan Selasa (20/11) karena saham AS dan pasar minyak global mengalami pelemahan tajam di tengah kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi global yang memburuk.
Analis Argonaut Securities Helen Lau menuturkan, pasar Shanghai diperkirakan kembali stabil pada akhir pekan ini karena ada libur Thanksgiving di AS pada Kamis (22/11) dan investor masih menantikan pertemian Trump dan Xi.
Pada perdagangan Rabu (21/11) harga tembaga di London Metal Exchange (LME) mengalami kenaikan 0,3% menjadi US$6.201 per ton, sedangkan tembaga Shanghai tercatat naik 0,8% menjadi 49.410 yuan per ton.
Selain itu, aluminium secara global produksinya mengalami kenaikan hingga mencapai 5.414 juta ton pada Oktober, naik dari jumlah 5.301 juta ton pada September. Aluminium di bursa Shanghai menyentuh level terendahnya sejak 2016 di posisi harga 13.745 yuan per ton, turun 0,2% dari sesi sebelumnya.
Kemudian, dari logam seng, harganya mengalami penurunan 1,5% di bursa Shanghai. Sedangkan, harga di bursa LME cederung tak bergerak setelah mengalami penurunan sekitar 23% sepanjang tahun ini.
“Harga seng mengalami plemahan karena penurunan penggunaan seng dalam otomotif China sepanjang Oktober dan pasokan dari tambang seng yang muncul lebih depat dari ekspektasi,” ungkap Lau, dilansir dari Reuters, Rabu (21/11/2018).