Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja emiten pelayaran nasional kian positif sepanjang tahun ini, setelah pada 2-3 tahun lalu terus dihantui pelemahan harga komoditas. Hingga September 2018, hanya segelintir emiten kapal yang masih membukukan kinerja terkoreksi.
Berdasarkan rekapitulasi Bisnis com terhadap 16 emiten pelayaran yang telah merilis laporan keuangan kuartal III/2018, hanya 3 perusahaan yang membukukan penurunan kinerja. Selebihnya, 13 perusahaan membukukan pertumbuhan laba bersih.
Ketiga emiten yang masih membukukan penurunan kinerja yaitu PT Logindo Samudramakmur Tbk., PT Soechi Lines Tbk., dan PT Wintermar Offshore Marine Tbk. di mana masing-masing menderita koreksi laba bersih sebesar 17,12%, 58%, dan 23,3%.
Soal emiten yang bertumbuh positif, pertumbuhan laba bersih paling tinggi dibukukan oleh PT Pelita Samudera Shipping Tbk. yang sepanjang Januari-September 2018 telah meningkat 795,5% ke level US$12,09 juta.
Imelda Agustina Kiagoes, Sekretaris Perusahaan Pelita Samudera Shipping menyampaikan hingga September 2018, perseroan mencatatkan kinerja positif dengan kontribusi bisnis tug and boat membukukan kenaikan pengangkutan batu bara secara signifikan yaitu mencapai 93%.
“Dengan posisi likuiditas keuangan yang sehat, perseroan memiliki kapasitas luas untuk mendanai ekspansi khususnya berupa penambahan beberapa unit kapal untuk armada operasionalnya,” ungkap Imelda menyertai laporan keuangan perusahaan.
Emiten dengan sandi PSSI tersebut memimpin pertumbuhan di antara kompetitornya yang juga tumbuh pada kisaran puluhan hingga ratusan persen pada bottom line.
Bisnis.com mencatat tiga emiten pelayaran nasional mulai membukukan laba pada tahun ini setelah pada periode sama tahun lalu masih membukukan kerugian. Ketiganya yaitu PT Rig Tenders Tbk., PT Pelayaran Tempura Emas Tbk., dan PT Trada Alam Minera Tbk.
Trada Alam Minera terbilang sangat ekspansif pada tahun ini dengan giat memperbesar bisnis produksi batu bara perseroan. Tak tanggung-tanggung, pada tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan produksi emas hitam hingga dua kali lipat.
Direktur Utama Trada Alam Minera Soebianto Hidayat menyampaikan, perusahaan akan memacu lini bisnis batu bara seiring dengan kondisi industri yang positif. Tahun depan, TRAM menargetkan volume produksi dan penjualan batu bara sejumlah 5 juta ton.
“Sampai 2019 diperkirakan industri batu bara masih kondusif. Kami pun menargetkan volume produksi dan penjualan 5 juta ton,” kata Soebianto.
Selain itu, emiten dengan sandi TRAM itu terus mengekspansi bisnis logistik tambangnya. Setelah masuk ke bisnis produksi batu bara, TRAM melalui anak usahanya PT Gunung Bara Utama menargetkan volume pengangkutan tahun ini dapat menyentuh 1 juta ton.
Bisnis mencatat emiten pelayaran mulai memburu kontrak-kontrak baru pada 2018 setelah pertumbuhan kontrak lesu pada tahun lalu. Alhasil, sejumlah emiten kapal pun cukup ekspansif pada tahun untuk menempuh penambahan armada.
Kinerja emiten kapal pendatang baru yaitu PT Transcoal Pacific Tbk. pun tak terbendung. Pada tahun ini, perseroan gencar melakukan akuisisi untuk memperbesar kapasitas guna meraup kontrak-kontrak baru. Awal pekan ini misalnya, perseroan baru saja mengakuisisi PT Kanz Gemilang Utama senilai Rp240 miliar.
Ekspansi organik pun masih menjadi opsi sejumlah emiten kapal, misalnya beberapa perusahaan seperti PSSI, BULL, HITS, SHIP, MBSS, dan TCPI menyebut akan melakukan penambahan armada pada tahun ini.