Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah kini mencatatkan penurunan mingguan terbesar sejak Februari tahun ini.
Pasalnya, meredanya kekhawatiran pasar akan gangguan pasokan dan Amerika Serikat yang menyatakan akan memberikan keringanan bagi delapan negara untuk tetap mengimpor minyak Iran setelah sanksi berlaku.
Harga minyak mentah AS dalam perjalanannya menuju penurunan 6% selama sepekan. Sementara itu, target amerika untuk menahan pendapatan pada perekonomian Iran melalui sanksi kini diringankan dengan AS memberikan pengecualian pada negara seperti Jepang, India, dan Korea Selatan untuk tetap mengimpor minyak dari Iran.
Penurunan harga minyak juga disebabkan oleh adanya kemungkinan AS dan China yang akan segera mencapai kesepakatan dagang.
Harga minyak terus mendekat ke pasar bearish dengan harganya yang mengalami penurunan hingga 16% sepanjang Oktober dari titik tertingginya selama empat tahun karena adanya kemunduran di pasar ekuitas dan perang dagang antara AS dan China yang memberi tekanan pada pertumbuhan perekonomian global.
Saat ini, investor jua masih mengawasi level pasokan global karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah mendorong produksinya hingga level tertinggi pada Oktober untuk menggantikam kemungkinan penyusutan pasokan dari Iran, bersamaan dengan cadangan minyak AS yang terus bertambah.
Ekonom Senior di Mizuho Research Jun Inoue mengatakan bahwa secara teori, pasar minyak mungkin bisa masuk ke pasar bullish karena sanksi terhadap Iran. Namun, kenaikan produksi dari Arab Saudi dan negara lainnya, bersama dengan penurunan pasar ekuitas global dan kekhawatiran akan perlambatan perekonomian global membawa tekanan pada harga minyak.
“Dengan Korea Selatan dan India dilaporkan mendapat keringanan dari AS, faktor sanksi ke Iran melemah,” paparnya, dilansir dari Bloomberg, Jumat (2/11).
Pada perdagangan Jumat (2/11) harga minyak West texas Intermediate (WTI) tercatat turun tipis dari perdagangan sesi sebelumnya 0,15 poin atau 0,24% menjadi US$63,54 per barel dan mencatatkan kenaikan 5,36% secara year-to-date (ytd).
Sementara itu, harga minyak Brent mencatatkan kenaikan tipis 0,15 poin atau 0,21% menjadi US$73,04 per barel dan mencatatkan kenaikan harga 12,8% sepanjang 2018 berjalan. Harga kontrak minyak itu turun 6,4% sepanjang pekan ini dan menjadi penurunan selama empat pekan beruntun.
China, salah satu negara pengimpor utama minyak Iran, masih dalam diskusi oleh pihak AS untuk ikut diberikan keringanan, akan tetapi sudah termasuk dalam daftar delapan negara yang diberikan keringanan.
Adapun, empat negara lainnya yang juga akan diberikan keringanan belum teridentifikasi. Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeobaru akan mengumumkan keseluruhan negara yang diberikan keringanan pada Jumat (2/11) malam waktu AS.
OPEC telah meningkatkan produksinya hingga 430.000 barel menjadi 33,33 juta barel per hari pada Oktober, jumlah tertinggi sejak 2016. Arab Saudi meningkatkan produksinya sebanyak 150.000 barel menjadi 10.68 barel per hari pada Oktober.
Sementara itu, produksi dari Iran melorot 10.000 barel per hari menjadi 3,42 juta barel per hari. Jumlah tersebut merupakan yang terendah sejak Maret 2016.