Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pertambangan batu bara PT Baramulti Suksessarana Tbk. (BSSR) melalui anak usahanya PT Antang Gunung Meratus (AGM) menargetkan produksi batu bara rendah mencapai 1,5 juta ton sampai akhir 2018.
Direktur Baramulti Suksessarana Khoirudin menyampaikan, pada tahun ini AGM memulai produk dan penjualan batu bara berkalori rendah, yakni kalori 3.700 Kcal/kg. Pasar batu bara berkode 37 ini adalah India dan China.
"Kami membangun pasar baru untuk produk 37 di India dan China, karena kebutuhan di dana cukup tinggi. Kami juga melihat peluang pemasaran di dalam negeri," tuturnya selepas Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Selasa (25/9/2018).
Namun, penjualan di dalam negeri tidak mudah karena rata-rata Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) didesain untuk menyerap batu bara berkalori 4.200 Kcal/kg. Adapun, produk AGM sebelumnya berkisar antara 5.344 Kcal/kg--7.000 Kcal/kg.
Bagi BSSR, dimulainya komersialisasi batu bara berkalori tinggi bagai pisau bermata dua. Pasalnya, rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) produk perseroan pada semester I/2018 menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Akan tetapi, sambung Khoirudin, kompensasi penurunan harga ialah menaikkan volume produksi. Sampai akhir 2018, perseroan membidik volume produksi dan penjualan batu bara sejumlah 10,5 juta ton.
Perinciannya, AGM berkontribusi 9 juta ton, dan BSSR menghasilkan 1,5 juta ton. Per Juli 2018, produksi secara konsolidasi sudah mencapai 5,6 juta ton.
Dia optimistis pada semester II/2018 kinerja operasional dapat meningkat seiring dengan perbaikan cuaca, kelengkapan alat berat, dan tingginya volume stripping ratio. Kenaikan stripping ratio bertujuan meningkatkan cadangan batu bara BSSR.
"Kami mengupayakan ekspansi organik dengan memaksimalkan IUP [Izin Usaha Pertambangan] yang ada dengan cara menambah cadangan batu bara. Kenaikan stripping ratio ini juga yang menyebabkan kenaikan beban penjualan," jelasnya.
Per Juni 2018, penjualan BSSR mencapai US$198,86 juta, naik 4,83% year-on-year (yoy) dari sebelumnya US$189,70 juta. Namun, beban pokok penjualan meningkat menuju US$118,8 juta dari semester I/2017 senilai US$105,75 juta.
Laba bruto pada semester I/2018 pun menurun menuju US$80,06 juta dari sebelumnya US$83,93 juta. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turut melesu 5,73% yoy menjadi US$39,65 juta dari per Juni 2017 senilai US$42,06 juta.
Direktur & Corporate Secretary Baramulti Suksessarana Eric Rahardja menyampaikan, pada 2018 perusahaan memang fokus dalam pengerjaan eksplorasi dan penambahan strip ratio sehingga biaya pengupasan lapisan penutup meningkat.
Dalam RUPSLB, pemegang saham menyetujui pembagian dividen interim senilai US$27 juta yang akan dibagikan berdasarkan 2,61 miliar saham yang beredar. Dana tersebut berasal dari laba bersih perseroan per Juni 2018.
"Performa perseroan cukup baik, sehingga rutin membagikan dividen untuk pemegang saham. Kami juga sudah mempertimbangkan pendanaan untuk operasional dan pengembangan," ujarnya.
Dividen dibagikan dalam mata uang dolar atau rupiah dengan kurs tengah 30 Agustus 2018, yakni Rp14.655 per dolar AS. Dividen akan diberikan kepada pemegang saham yang tercatat sampai dengan 5 Oktober 2018.