Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pelayaran logistik batu bara PT Pelita Samudera Shipping Tbk. mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi bisnis yaitu jasa logistik untuk mineral dan komoditas lain. Selama ini, perseroan fokus menggarap pasar batu bara.
Berdasarkan dokumen inisiatif strategis yang dipaparkan perseroan, emiten dengan sandi PSSI tersebut berencana mulai mempelajari peluang bisnis logistik mineral dan komoditas lain pada 2019. Pada 2020, perseroan menargetkan sudah mengantongi kontrak spot untuk bisnis tersebut.
Pada 2021, perseroan berharap dapat memiliki kontrak-kontrak jangka panjang dan mulai mapan pada bisnis pengangkutan mineral selain batu bara.
Direktur Utama Pelita Samudera Shipping Iriawan Ibarat menyampaikan perseroan melihat prospek yang cukup besar pada komoditas nikel. Kebijakan pemerintah untuk tidak mengekspor nikel untuk menumbuhkan industri hilir di Indonesia, dinilai prospektif bagi bisnis perseroan.
“Selain batu bara, kami melihat banyak prospek pada komoditas nikel. Kami akan mulai diversifikasi untuk mineral dan komoditas lain ini pada 2020. Selain itu, ada aturan yang mewajibkan ekpor impor dengan kapal berbendera Indonesia, ini sejalan dengan yang akan kami lakukan di masa depan,” ungkap Iriawan di Jakarta, Kamis (20/9).
Iriawan menyampaikan dalam 3 tahun ke depan, perseroan juga akan agresif untuk ekspansi armada. Pada 2019, perseroan akan belanja 8 tugboat and barge, 1 Floating Crane, dan 2 Mother Vessel. Pada 2020 dan 2021, perseroan akan membeli masing-masing dua kapal tugboat and barge berkapasitas 330ft.
Dengan ekspansi pada komoditas lain dan pemulihan harga batu bara, perseroan menargetkan pada tahun depan dapat membukukan kenaikan pendapatan pada kisaran 30%, dan masing-masing 20% pada 2020 dan 2021.
Adapun, Iriawan menyebut dalam 2 tahun ke depan, perseroan memprediksi akan mengalokasikan US$20 juta—US$50 juta untuk investasi-investasi perseroan.
“Dana tersebut berasal dari kombinasi internal funding dan pembiayaan perbankan,” ungkap Iriawan.
Dengan debt to equity ratio (DER) sekitar 30%, perseroan optimistis masih dapat membukukan pinjaman dengan bunga kompetitif. Dalam waktu dekat, PSSI belum berencana menghimpun dana dari pasar modal.
Direktur Komersial dan Operasi Pelita Samudera Shipping Harry Tjhen menyampaikan dalam 1—2 tahun ke depan, pabrik pengolahan nikel diprediksi menjamur di Tanah Air sehingga akan meningkatkan kebutuhan kapal tunda dan kapal tongkang.
“Lokasi produksi nikel itu banyak yang di daerah-daerah pedalaman sehingga membutuhkan kapal barge dari lokasinya sampai ke smelter. Kapal tugboat and barge ini akan jadi bisnis yang sangat besar pertumbuhannya,” jelas Harry.