Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi menolak pemberitaan bahwa rencana penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) untuk Saudi Aramco dibatalkan.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menegaskan melalui pernyataan bahwa Pemerintah Arab Saudi masih tetap dengan rencana IPO tersebut.
“Pemerintah tetap berkomitmen untuk IPO Saudi Aramco, sesuai dengan waktu dan kondisi yang dipilih oleh pemerintah,” tulis pernyataan al-Falih yang dirilis oleh Saudi Press Agency, seperti dikutip Reuters, Kamis (23/8/2018).
Adapun waktu dan kondisi yang dimaksud al-Falih merujuk kepada beberapa faktor, di antaranya kondisi menguntungkan di pasar dan keberhasilan Aramco untuk mengakuisisi perusahaan petrokimia dalam beberapa bulan ke depan.
Saat ini, IPO Aramco masih fokus dengan pembelian saham strategis di perusahaan kimia raksasa, Saudi Basic Industries Corp. (Sabic).
Oleh karena itu, seorang sumber yang mengerti jalannya diskusi menjelaskan bahwa langkah tersebut merupakan penyebab ditundanya rencana IPO tersebut.
“Meskipun langkah tersebut akan semakin menunda rencana IPO, bukan berarti rencana itu dibatalkan. Aramco memang telah menulis untuk beberapa penjamin emisi bahwa rencana IPO ditunda dulu untuk sekarang,” imbuh seorang sumber yang mengerti jalannya diskusi.
Adapun penyataan al-Falih tersebut merupakan respons dari pemberitaan Reuters yang mengutip empat orang sumber anonim, bahwa Arab Saudi telah membatalkan rencana pendaftaran saham Aramco secara domestik maupun internasional.
Adapun rencana IPO perusahaan minyak milik negara tersebut telah digembar-gemborkan oleh Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman sejak Januari 2016, dengan tujuan mereformasi ekonomi Arab Saudi dari ketergantungan terhadap industri minyak.
Namun, setelah hampir dua tahun, aksi korporasi yang disebut-sebut sebagai IPO terbesar sepanjang sejarah tersebut masih terus ditunda. Pada awal tahun ini, pemerintah Arab Saudi kembali menunda rencana IPO ihngga 2019.
Kala itu, al-Falih mengumumkan bahwa IPO Aramco kemungkinan besar akan terjadi pada tahun depan.
Selanjutnya, CEO Aramco Amin Nasser juga menyebutkan pada bulan lalu bahwa kesepakatan Sabis dapat mengubah bingkai waktu untuk IPO.
Sejatinya, IPO Aramco tersebut memang membawa beberapa kesulitan untuk direalisasikan. Sang Pangeran menyebut bahwa Aramco harus divaluasi sebesar US$2 triliun atau lebih, namun analis menilai harganya tidak sampai ke target tersebut.
Oleh karena itu, otoritas Arab Saudi pun kesulitan untuk mempromosikan niat mereka untuk mendapatkan modal yang besar tersebut di New York maupun di London.