Bisnis.com, JAKARTA -- Arab Saudi dikabarkan telah membatalkan rencana Initial Public Offering (IPO) perusahaan minyak Aramco, yang sempat digadang-gadang menjadi IPO terbesar dunia.
Pemerintah Arab Saudi juga telah membubarkan tim penasihat finansial yang bertugas menyusun rencana listing tersebut. Dua sumber Reuters menyatakan sekarang kerajaan di Timur Tengah itu sedang mengkaji proposal akuisisi saham di perusahaan petrokimia lokal, Saudi Basic Industries Corp.
"Keputusan untuk membatalkan IPO diambil beberapa waktu lalu, tapi tidak ada yang bisa menyampaikannya, jadi pernyataan yang keluar sekarang mulai mengarah ke sana. Pertama, delay lalu pembatalan," ujar salah satu sumber tersebut, Rabu (22/8/2018).
Beberapa hal yang disebut menjadi kendala Aramco melantai di bursa dalam waktu dekat adalah valuasi perusahaan dan perselisihan di antara para pejabat Arab Saudi dengan para penasihat finansialnya mengenai pemilihan lokasi listing.
Terkait kabar ini, Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al Falih membantahnya.
"Pemerintah Arab Saudi tetap berkomitmen untuk menggelar IPO Saudi Aramco, sejalan dengan kondisi dan waktu yang telah ditetapkan oleh pemerintah," tegasnya dalam pernyataan resmi, Kamis (23/8).
Rencana listing Aramco diumumkan pada 2016, sebagai salah satu upaya mengurangi ketergantungan Arab Saudi terhadap minyak. Sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman naik ke posisinya sekarang, dia telah menyusun strategi ambisius untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta teknologi Arab Saudi lewat Saudi Vision 2030.
Dalam IPO itu, Aramco disiapkan untuk melepas 5% sahamnya ke publik melalui listing lokal dan internasional. Nilainya diproyeksi mencapai US$2 triliun atau lebih.
Perusahaan tersebut juga sebelumnya telah mengumumkan bakal melakukan roadshow ke sejumlah negara, termasuk negara-negara di kawasan Asia, untuk menyukseskan aksi korporasi ini.