Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) merosot lebih dari 3% pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (13/8/2018).
IHSG merosot 3,29% atau 200,13 poin ke level 5.877,04 pada akhir sesi I, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,78% atau 47,70 poin di level 6.029,57.
Sepanjang perdagangan pagi ini, IHSG bergerak pada level 5.875,35 - 6.034,56.
Ada pun pada perdagangan Jumat pekan lalu (10/8), IHSG ditutup rebound dengan penguatan 0,2% atau 11,92 poin ke level 6.077,17.
Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 32 saham menguat, 365 saham melemah, dan 201 saham stagnan dari 598 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang merosot 6,19% dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang melemah 6,46% menjadi penekan utama terhadap pelemahan IHSG di akhir sesi I.
Seluruh sembilan indeks sektoral IHSG berada di teritori negatif dengan tekanan utama dari sektor finansial yang melemah 4,08%, disusul sektor industri dasar dengan pelemahan 3,99%.
Sementara itu, beberapa indeks saham di kawasan Asia Tenggara terpantau melemah siang ini, dengan indeks FTSE Malay KLCI turun 1,2%, indeks FTSE Malay KLCI melemah 1,33%, dan indeks PSEi Filipina melemah 1,96%.
Di Asia, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melemah 2,16% dan 1,92%. Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,82%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing melemah 1,73% dan 1,85%.
Secara keseluruhan, bursa saham Asia melemah siang ini karena krisis di Turki menyebabkan berlanjutnya pelemahan mata uang lira Turki yang memicu permintaan mata uang safe haven, seperti dolar AS, franc Swiss, dan yen Jepang.
Lira telah terpukul di tengah kekhawatiran atas tensi perdagangan yang memanas antara Turki dan AS, inflasi yang melaju, dan salah satu defisit transaksi berjalan terbesar dunia. Lira merosot lebih dari 40% sepanjang tahun ini, sekaligus mencatat kinerja terburuk pada 2018 di antara mata uang global lain yang dilacak oleh Bloomberg.
Pelemahan lira sedikit mereda setelah Pemerintah Turki menyatakan telah menyusun rencana langkah ekonomi demi meredakan kekhawatiran investor sehubungan dengan ambrolnya nilai tukar lira.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar online Hurriyet pada Minggu (12/8/2018), Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak menyatakan bahwa pelemahan lira adalah 'sebuah bentuk serangan'. Oleh karenanya, pemerintah telah mempersiapkan rencana langkah yang mulai diterapkan pagi ini, Senin (13/8).
“Mulai Senin pagi dan seterusnya, institusi-institusi kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan akan mengumumkannya kepada pasar,” kata Albayrak, tanpa menjelaskan lebih lanjut terkait langkah-langkah yang dimaksud.