Bisnis.com, JAKARTA – Krisis ekonomi yang terjadi di Turki berpotensi menyebabkan pelemahan pada kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG).
Analis FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan hubungan ekonomi dan dagang antara Indonesia dan Turki tidak begitu begitu besar secara keseluruhan. Menurut dia, hal yang perlu diwaspadai adalah risiko sistemik.
"Krisis ekonomi Turki membentuk sentimen negatif, karena terkait dengan risiko sistemik. Kalau merambat akan cukup berbahaya," ungkapnya saat dihubungi Bisnis pada Minggu (12/8/2018).
Wisnu memperkirakan kinerja IHSG akan bergerak pada area 6.007 hingga 6.129 dengan kecenderungan melemah. Selain itu, sentimen yang menambah melemahnya IHSG adalah memanasnya perang dagang.
Krisis ekonomi Turki membentuk sentimen negatif, karena terkait dengan risiko sistemik
Sepekan terakhir, kinerja IHSG bergerak pada level 6.025-6.117, dengan capital outflow senilai Rp733,26 miliar. Pada 6 Agustus--10 Agustus 2018, IHSG melemah 4,38%.
Secara terpisah, Kepala Riset PT Koneksi Kapital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan kinerja IHSG sepekan ke depan berpotensi koreksi pada support level 6.000. Alfred menilai IHSG pun tidak menutup kemungkinan kembali di bawah 6.000.
"IHSG akan koreksi. Ini lebih kepada aksi antisipasi dari pelaku pasar yang beralih kepada safe haven," ungkapnya.
Alfred mencontohkan sebelumnya, krisis Yunani pun memberikan goncangan kepada negara berkembang. Padahal, produk domestik bruto (PDB) Yunani lebih kecil dari Turki. Dia mengatakan PDB Turki empat kali lebih besar dari PDB Yunani.
Selain memberikan tekan pada pasar modal Indonesia, krisis Turki pun tengah menekan nilai tukar rupiah. Dalam dua hari terakhir rupiah mengalami pelemahan, karena ada penguatan pada safe heaven yakni dolar Amerika Serikat dan yen, karena adanya krisis Turki.
Kenaikan safe haven, kata Alfred, karena adanya faktor psikologis para spekulator, yang mengincar safe haven. Lalu, dampak finansial, adalah kepada kreditur. Dia mengungkapkan utang Turki banyak berasal dari negara-negara Eropa.