Bisnis.com, JAKARTA - Rencana penyelidikan terhadap skandal lembaga investasi Malaysia 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB mengerek surat utang yang dijual lembaga tersebut 17% pekan ini, tertinggi dibandingkan dengan surat utang global negara berkembang.
Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (19/5/2018), Jatuh tempo surat utang 1MDB pada 2023 dan langsung mencetak kinerja terburuk satu minggu karena investor bertaruh, Mahathir Mohamad, bekas Perdana Menteri Malaysia yang terpilih kembali dalam pemilihan umum bakal menyelidiki skandal yang mendera 1MDB.
Departemen Kehakiman Amerika Serikat sebelumnya menuding, sebanya US$3,5 miliar dana telah lenyap dari 1MDB saat Malaysia masih dipimpin bekas Perdana Menteri Najib Razak.
"Pasar sedang menunjukkan kelegaan berdasarkan komentar terbaru Perdana Menteri Mahathir Mohamad," ujar Morgan Harting, manajer AllianceBernsten, institusi keuangan yang masih memegang obligasi 1MDB di Maret 2018. Dia menolak berkomentar apakah masih memegang obligasi 1MDB atau tidak.
Untuk diketahui, Mahathir berjanji bakal mengejar aset-aset 1MDB yang diduga digelapkan. Pemerintahan baru hasil pemilu juga akan memeriksa Najib atas dugaan penyalahgunaan kekuasaan. Kemarin, Polisi Malaysia menggeledah apartemen Najib di Kuala Lumpur sebagai bagian dari penyelidikan skandal 1MDB. Sebanyak 284 tas tangan mewah dan 72 koper berisi uang dan perhiasan disita.
1MDB yang dibentuk pada 2009 lalu diduga kuat menjadi penyebab kekalahan Najib dalam Pemilu Malaysia. Dugaan skandal terkuak pada 2015 saat Wall Street Journal menurunkan laporan yang menduga, Najib menerima alira dana US$700 juta dari 1MDB.
Baca Juga
Dalam periode 2009-2013, 1MDB menggalang dana miliaran dolar lewat penerbutan surat utang untuk mendanai proyek investasi dan pendirian perusahaan patungan. Namun, dana tersebut justru ditengarai malah digunakan untuk membeli aset-aset mewah yang tidak sesuai dengan tujuan awal pendirian 1MDB.
Pada Februari 2018 lalu misalnya, FBI dan Kepolisian Indonesia menyita kapal pesiar mewah Equanimity di Bali. Kapal seharga US$250 juta diduga dibeli dari dana 1MDB.