Bisnis.com, JAKARTA—Emiten kontraktor tambang batu bara PT Samindo Resources Tbk. (MYOH) menargetkan proses akuisisi tambang batu hitam dapat rampung dalam 1—2 tahun ke depan.
Presiden Direktur Samindo Resources Kim Jung Gyun menyampaikan, perusahaan berencana melakukan akuisisi tambang batu bara sejak 2016. Aksi korporasi ini ditargetkan rampung dalam 1—2 tahun ke depan.
Pada 2018, perseroan mengintensifkan proses akuisisi tambang. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai misi Samindo Resources sebagai perusahaan sumber daya alam dan energi terdepan.
“Ke depannya kami akan mengintegrasikan berbagai lini bisnis batu bara. Oleh karena itu, kami targetkan bisa menyelesaikan proses akuisisi setahun atau dua tahun,” ujarnya, Jumat (4/5/2018).
Spesifikasi tambang yang akan diakuisisi ialah yang memungkinkan perusahaan untuk menyuplai ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di mulut tambang. Hal ini bertujuan memangkas biaya operasional perjalanan.
Dalam akuisisi nantinya, Samindo hanya akan mengambil porsi saham 20%-30%, atau bukan menjadi pemegang saham utama. Dengan akuisisi, manajemen berharap mendapatkan kontrak penambangan dari perusahaan mitra yang baru.
“Nanti kami bisa mengerjakan operasional penambangan dari perusahaan yang diakuisisi. Tapi kesertaan kami hanya 20%-30%, atau posisi kedua atau ketiga pemegang saham terbesar, bukan yang mayoritas,” jelasnya.
Terkait spesifikasi tambang yang akan diakuisi, sambung Kim, Samindo menyesuaikannya dengan permintaan pasar, terutama dari China dan India. Kedua negara tersebut masih gencar menggunakan batu hitam untuk PLTU, sehingga kebutuhan batu bara berkalori 4.200 kcal/kg masih cukup tinggi.
Direktur Independen MYOH Ahmad Saleh menyampaikan, proses akuisisi membutuhkan waktu yang cukup panjang. Di samping itu, kandidat perusahaan yang akan dicaplok sebagian sahamnya cukup banyak, sehingga Samindo harus mempertimbangkan secara matang.
Menurutnya, MYOH membuka peluang untuk mengakuisisi tambang batu bara yang menghasilkan kalori 4.000 Kcal/kg karena dapat memasok untuk PLTU mulut tambang. Tingkat produksi sekitar 5 juta ton per tahun dengan volume cadangan 20 juta ton.
“Jadi bisa integrasi kontrak penambangan, penjualan batu bara, termasuk pengembangan PLTU-nya,” tuturnya.
Investor Relations MYOH Ahmad Zaki menambahkan, pada 2016 perusahaan mengalokasikan dana akuisisi senilai US$25 juta. Namun, saat itu harga batu bara masih bertengger di kisaran US$50 per ton.
Dalam situasi harga batu bara yang sedang memanas seperti pada tahun ini, nilai yang ditetapkan tambang yang akan diakuisisi juga meningkat. Oleh karena itu, kemungkinan nilai akuisisi akan melampaui rencana awal US$25 juta.
“Pada dasarnya dana kami siap untuk melakukan akuisisi. Selain itu, kami akan dibantu Samtan [Samtan Co. Ltd.] selaku induk perusahaan ” ujarnya.
Pada 2018, perusahaan mengalokasikan belanja modal senilai US$13,8 juta dari kas internal untuk pembelian alat berat. Semua peralatan akan datang pada akhir Mei atau Juni 2018, sehingga operasional dengan kapasitas penuh akan berlangsung mulai Juli 2018.
Per Maret 2018, volume pemindahan batuan penutup MYOH naik 12,5% yoy menjadi 12,6 juta bank cubic meter (BCM) dari sebelumnya 11,2 juta BCM. Namun, produksi batu bara menurun 16% yoy menjadi 2,1 juta ton dari sebelumnya 2,5 juta ton. Penurunan operasional produksi batu bara disebabkan belum terpenuhinya spesifikasi alat berat dari sub kontraktor.
Pada tahun ini, MYOH menargetkan volume pemindahan batuan penutp dari tambang Kideco sejumlah 48,5 juta BCM, sedangkan proyek Bayan diperkirakan sejumlah 5,8 juta BCM. Jumlah total sebesar 54,5 juta BCM, naik tipis 5,44% yoy
Sebelumnya pada 2017, pemindahkan lapisan tanah penutup mencapai 51,50 juta BCM dan produksi batu bara sejumlah 10 juta ton.