Bisnis.com, JAKARTA—Emiten kontraktor tambang batu bara PT Samindo Resources Tbk. (MYOH) memutuskan pembagian dividen tahun buku 2017 sebesar US$18 juta, atau 146,58% dari total laba bersih tahun lalu senilai US$12,28 juta.
Presiden Direktur PT Samindo Resources Kim Jung Gyun menyampaikan, berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahun buku 2017, perseroan akan membagikan dividen senilai US$18 juta. Jumlah itu hampir 150% dari total laba bersih sebesar US$12,28 juta.
Bila dibandingkan dengan tahun lalu, Samindo membagikan dividen US$17 juta dari laba bersih 2016 senilai US$21,22 juta dengan rasio 80%. Artinya, meskipun laba bersih mengalami penurunan MYOH berkomitmen memberikan dividen tinggi kepada pemegang saham.
“Kami konsisten memberikan dividen tinggi kepada pemegang saham. Hal ini juga menjadi salah satu bentuk dukungan Samindo terhadap masyarakat Indonesia dalam jangka panjang,” tuturnya, Jumat (4/5/2018).
Menurutnya, dividen yang diberikan MYOH menjadi salah satu yang tertinggi di antara emiten tambang lainnya. Secara umum, kinerja perusahaan tambang batu bara dan turunannya sedang mengalami perbaikan seiring dengan memanasnya harga komoditas.
Investor Relation Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir menambahkan, pemberian dividen yang melampaui perolehan laba bersih tahunan memang dimungkinkan. Agar dapat mengucurkan dana US$18 juta kepada pemegang saham, perusahaan juga mengalokasikan dana dari laba ditahan.
Baca Juga
Per akhir Desember 2017, MYOH masih menyimpan saldo laba ditahan yang belum ditentukan penggunaannya sebesar US$56,81 juta. Pada tiga bulan pertama 2018, jumlah saldo meningkat menuju US$62,63 juta.
“Jadi karena saldo laba ditahan kita masih banyak, bisa dialokasikan untuk dividen,” tuturnya.
Setelah pengumuman pembagian dividen sekitar pukul 15.00 WIB, saham MYOH yang menurun berbalik menguat. Sampai penutupan perdagangan Jumat (4/5/2018), harga saham naik 45 poin atau 5,33% menjadi Rp890.
Price to Earning Ratio (PER) MYOH mencapai 6,14 kali. Kapitalisasi pasarnya sejumlah 1,96 triliun.