Bisnis.com, TANGERANG — PT Garuda Indonesia (Persero) mendapatkan izin dari pemegang saham untuk mengemisi obligasi global hingga US$750 juta.
Restu tersebut diperoleh dalam rapat umum pemegang saham luar biasar (RUPSLB) Garuda Indonesia, Kamis (19/4/2018).
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala menjelaskan bahwa perseroan masih menunggu waktu yang tepat untuk penerbitan obligasi tersebut. Akan tetapi, pihaknya menyebut tahapan roadshow ditargetkan rampung pada April 2018.
Pahala mengatakan telah mendapat izin untuk mengemisi obligasi global hingga US$750 juta. Nilai tersebut merupakan jumlah pokok maksimum yang bakal diemisi oleh emiten berkode saham GIAA itu.
“Obligasi global akan kami catatkan di Singapura. Penerbitan itu menjadi momentum yang baik untuk memperbaiki profil utang kami,” ujarnya di Tangerang, Kamis (19/4/2018).
Dia menjelaskan bahwa alasan pemilhan obligasi global yakni menghindari missmatch antara sumber pendanaan dan pendapatan perseroan. Pasalnya, pengeluaran perseroan lebih banyak dilakukan dengan mata uang Dollar.
“Dari sisi ukuran penerbitan obligasi, lebih memungkinkan melalui instrumen obligasi global,” imbuhnya.
Pihaknya mengaku optimistis target dana yang dipasang perseroan akan tercapai. Namun, dia belum bersedia membeberkan berapa besaran kupon yang dipatok perseroan.
Dalam prospektus perseroan yang dipublikasikan awal pekan ini, empat investment bank yang telah ditunjuk Garuda Indonesia yaitu Australia and New Zealand Banking Group, Bank of Tokyo Mitsubishi, Deutsche Bank, dan Standard Chartered Bank. Adapun, bunga obligasi akan diumumkan setelah periode bookbuilding.
Dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk reprofiling utang Perseroan sehingga proporsi utang jangka panjang tidak akan lebih kecil dibandingkan dengan proporsi pinjaman jangka pendek. Adapun, global bond ini akan jatuh tempo paling lambat pada 2023.