Bisnis.com, JAKARTA — PT Wijaya Karya Beton Tbk. akan memulai penawaran awal surat utang jangka menengah atau medium term notes kepada investor dan perbankan.
Direktur Keuangan Wijaya Karya Beton Mohammad Syafi’i menjelaskan bahwa instrumen medium term notes (MTN) dipilih agar tidak mengganggu modal kerja perseroan. Saat ini, perputaran modal kerja emiten berkode saham WTON itu mencapai Rp500 miliar per bulan.
Syafi’i mengatakan saat ini tengah persiapan untuk mengundang terbatas perseroan yang akan dipilih dalam penerbitan MTN. Jumlah pokok yang akan diemisi rencananya mencapai Rp200 miliar.
Dia mengungkapkan tenor dalam penerbitan MTN tersebut berkisar antara 2 tahun hingga 3 tahun. Akan tetapi, pihaknya belum membeberkan berapa besaran kupon yang akan dipatok.
“Bulan ini [April 2018] akan kita rampungkan proses [penawaran awal] dan berharap Mei 2018 sudah bisa dirilis,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (18/4/2018).
Syafi’i menuturkan, dana yang dihimpun oleh perseroan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan investasi Rp676 miliar pada 2018. Sisanya atau sebanyak Rp476 miliar akan dipenuhi dari kas internal WTON.
Baca Juga
Pihaknya memastikan 50% alokasi anggaran investasi akan digunakan sebagai modal penambahan kapasitas produksi perseroan. Sisanya, akan digunakan untuk berbagai keperluan termasuk pembelian lahan tanah kantor.
Dia menyebut penambahan kapasitas sudah dilakukan di Pabrik Produk Beton (PBB) di Lampung Selatan. Dalam waktu dekat, akan dilakukan langkah serupa di PBB Sulawasei Selatan sejalan dengan penambahan pekerjaan di wilayah tersebut.
Sebagai catatan, WTON mengantongi kontrak baru Rp1,53 triliun sampai dengan Maret 2018. Realisasi tersebut mencapai 20,24% dari target perseroan tahun ini Rp7,56 triliun.
Manajemen WTON menjelaskan secara detail kontrak baru terbesar yang diperoleh berasal dari dari pembangunan Dermaga di Marunda, Jakarta Utara, senilai Rp139,56 miliar. Selanjutnya, emiten berkode saham WTON itu juga mendapat kontrak dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTU) Tambak Lorok Lorok, Semarang, senilai Rp88,75 miliar.