Bisnis.com, JAKARTA – Ketegangan geopolitik mencengkeram pasar minyak mentah dunia sekaligus mendorong harga minyak ke level tertinggi dalam tiga tahun pada perdagangan Rabu (11/4/2018).
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2018 melonjak US$1,31 dan ditutup di US$66,82 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan pada Rabu mencapai sekitar 74% di atas rata-rata 100 hari.
Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Juni 2018 melonjak US$1,02 dan berakhir di US$72,06 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$5,32 terhadap WTI Juni.
Dilansir Bloomberg, Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar di dunia, memintas rudal yang melewati ibukota kerajaan hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan peringatan potensi serangan rudal Amerika terhadap Suriah.
Di sisi lain, laporan pemerintah AS tentang ekspansi persediaan minyak dalam negeri tidak banyak mempengaruhi pedagang di tengah pergolakan geopolitik.
“Pelaku pasar memperhatikan risiko geopolitik,” ujar Matt Sallee dari Tortoise di Leawood, Kansas. “Pedagang lebih tertarik pada gambaran besar.”
Dalam akun Twitternya pada Rabu, Trump memperingatkan agar Rusia bersiap-siap atas datangnya rudal.
“Rusia bersumpah akan menembak jatuh semua rudal yang ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah Rusia, karena mereka akan datang, dengan hebat dan “cermat!”,” cuit Trump.
Sementara itu, Arab Saudi mengatakan memintas rudal balistik di atas Riyadh dan menembak jatuh dua drone di bagian lain negara itu. Ukuran volatilitas pasar minyak pun melonjak ke level yang terakhir terlihat pada pertengahan Februari.
“Risiko geopolitik telah mendongkrak pasar [minyak] ke level tertinggi tiga tahun. Ini adalah hari pertama dalam waktu yang lama bahwa arah pasar minyak mentah dan arah pasar saham telah menyimpang,” kata Thomas Finlon, Direktur Energy Analytics Group LLC di Wellington, Florida.