Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan kinerja indeks industri reksa dana ternyata tidak menghambat masyarakat untuk berinvestasi. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), selama kuartal I/2018, pertumbuhan net subscription secara year on year industri reksa dana mencapai 139,04%.
Pada tiga bulan pertama tahun ini, total net subscription mencapai Rp38,17 triliun, naik tajam dibandingkan kuartal I/2017 yang hanya Rp15,97 triliun.
Nilai subscription naik sebesar 123,44% dari Rp88,75 triliun pada kuartal I/2017 menjadi Rp198,3 triliun pada kuartal I/2018. Sementara itu, redemption naik 120,11% dari Rp72,75 triliun menjadi Rp160,13 triliun pada periode yang sama.
Head of Research PT Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, naiknya net subscription itu dipicu oleh masuknya investasi baru ke dalam industri reksa dana. Kata dia, pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) justru menjadi pemicu investor untuk masuk ke reksa dana.
"Justru di saat IHSG negatif itu biasanya investor malah masuk. Karena harganya murah, jadi ini akan berdampak pada peningkatan nilai aktiva bersih dan net subscription," katanya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (3/4/2018).
Menurutnya, penurunan kinerja tidak akan berdampak pada minat investor terhadap produk industri reksa dana. Pasalnya, kebutuhan investasi di Indonesia masih cukup besar, terutama dari investor institusi.
Baca Juga
Ada dua pihak yang menyumbang net subscription cukup tinggi pada reksa dana, yakni industri asuransi dan industri dana pensiun. Kedua sektor ini juga memiliki ketentuan bahwa sebagian besar dananya diinvestasikan ke reksa dana.
"Industri asuransi terus tumbuh, dan premi mereka juga terus meningkat signifikan. Sebagian besar dananya ditempatkan di reksa dana. Dari situ saja sudah kelihatan potensinya untuk meningkatkan net subscription," jelasnya.
Di sisi lain, pengetahuan masyarakat terhadap instrumen investasi ini juga terus meningkat, sehingga kontribusi investor ritel juga terkerek. Apalagi, saat ini penjualan produk reksa dana telah dilakukan melalui berbagai cara, termasuk media dalam jaringan (daring).
Mayoritas kinerja indeks reksa dana selama tahun berjalan atau year to date (ytd) anjlok. Dari data Infovesta Utama, kinerja ytd reksa dana berbasis saham tercatat turun 0,79%, indeks reksa dana campuran turun 0,49%, dan reksa dana pendapatan tetap turun 0,01%. Adapun kinerja indeks reksa dana pasar uang tumbuh 0,98%.
Sementara itu, nilai aktiva bersih (NAB) industri reksa dana per akhir Maret lalu mencapai Rp496,5 triliun. Angka tersebut naik sebesar 7,35% dibandingkan posisi NAB per akhir Februari lalu, yakni senilai Rp462,68 triliun.
Senada, Head of Investment Division PT BNI Asset Management Susanto Chandra menilai pada tiga bulan pertama tahun ini investor mulai meningkatkan aktivitasnya di pasar reksa dana sehingga mampu mengerek net subscription.
"Kalau dari data tersebut memang benar, investor pada masuk ke market," kata dia.
Namun menurutnya, sejauh ini masih belum diketahui dengan pasti arah investasi masyarakat. Karena dari data yang ada tidak ditampilkan alokasi dana tersebut, apakah ke reksa dana saham atau ke reksa dana jenis lain.
"Tinggal sekarang dilihat breakdownnya, lebih banyak ke saham, fixed income, money market, atau reksa dana terproteksi," ujarnya.