Bisnis.com, JAKARTA – Emiten keramik PT Arwana Citramulia Tbk. gencar melakukan ekspansi untuk meningkatkan kapasitas produksi perseroan. Selama 2019—2022, perusahaan akan menambah kapasitas pabrik hingga 6 juta meter persegi per tahun.
Chief Operating Officer (COO) Arwana Citramulia Edy Suyanto mengungkapkan dengan penambahan rata-rata 6 juta meter persegi per tahun, perusahaan akan semakin meningkatkan ketersediaannya di level end-user.
“Kami melakukan ekspansi sampai 2022 karena masih melihat ada peluang pertumbuhan permintaan yang cukup baik. Tahun lalu, kinerja properti lesu tapi kami masih tumbuh. Sejak awal berdiri, perusahaan tidak begitu bergantung pada sektor real estat,” ungkap Edy di Serang, Rabu (28/3/2018).
Edy menyampaikan pada tahun lalu, utilisasi nasional berada pada kisaran 65%—70%, namun utilisasi perusahaan mencapai 90%. Untuk itu, pada 2019 nanti perusahaan akan menambah kapasitas pabrik Plant IV yang berada di Sumatra Selatan.
Berdasarkan rencana kerja perseroan, ARNA akan menambah kapasitas pabrik sebesar 6 juta meter persegi pada 2019, sehingga kapasitas produksi total perseroan mencapai 63,37 juta meter persegi dari saat ini 57,37 juta meter persegi.
Untuk dapat meningkatkan kapasitas pabrik di Sumatera Selatan tersebut, perseroan mengalokasikan dana sebesar Rp150 miliar yang pengeluarannya bertahap mulai dari tahun ini.
Baca Juga
Setelah merampungkan penambahan kapasitas pada pabrik di Sumatera Selatan, pada 2020 perseroan akan menambah kapasitas pabrik di Mojokerto sebesar 6 juta meter persegi keramik lagi dengan investasi Rp300 miliar.
Terakhir, pada 2022 perusahaan akan kembali meningkatkan kapasitas 6 juta meter persegi di di pabrik Mojokerto dengan investasi Rp300 miliar.
Edy menyampaikan perseroan akan terlebih dahulu meningkatkan kapasitas pabrik di Sumatera Selatan karena kenaikan permintaan di wilayah Sumatera. Pemulihan harga komoditas dan pembangunan infrastruktur mengerek konsumsi keramik di wilayah tersebut.
“Pertumbuhan permintaan keramik akan terus ada karena konsumsi per kapita kita yang masih rendah. Dengan produksi sekitar 350 juta meter persegi tahun lalu dan 250 juta penduduk, konsumsi keramik per kapita hanya 1,3 meter persegi. Padahal rata-rata di Asia Tenggara itu di atas 2 meter persegi per kapita,” ungkap Edy.