Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Aksi Repricing, Ini Imbauan Manajer Investasi

Direktur Utama PT Majoris Asset Management Zulfa Hendri menyarankan kepada investor untuk tidak terlalu panik terkait banyaknya pelaku pasar global yang meninjau kembali asunsi nilai harga acuan alias repricing.
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/1)./JIBI-Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/1)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Majoris Asset Management Zulfa Hendri menyarankan kepada investor untuk tidak terlalu panik terkait banyaknya pelaku pasar global yang meninjau kembali asunsi nilai harga acuan alias repricing.

Menurutnya, saham dan obligasi di Tanah Air memiliki transaksi yang likuid sehingga harga pasar sudah terbentuk dengan baik kendati tingkat fluktuatifnya cukup tinggi. "Tidak ada yang perlu dilhawatirkan karena valuasi atau mark to market pastinya sudah sesuai dengan harga pasar," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (5/3/2018).

Presiden Direktur Indo Premier Investment Diah Sofiyanti menaambahkan, ada tiga aspek utama yang mendasari pengambilan keputusan investasi. Pertama adalah aspek fundamental, yang harus dipastikan tidak ada perubahan indikator ekonomi yang berpotensi mengubah arah investasi.

Kedua adalah aspek teknikal, di mana investor harus mencermati momentum yang tepat untuk melakukan aksi jual atau beli. Adapun ketiga adalah sentimen pasar. Menurutnya faktor terakhir inilah yang terpenting.

"Pasar itu seperti pemilu. Semakin banyak yang yakin bagus akan semakin banyak yang beli sehingga harga akan naik walaupun secara fundamental sebaliknya. Begitupun jika banyak yang takut akan semakin banyak yang jual sehingga harga turun walaupun secara fundamental baik," jelasnya.

Dia menambahkan, aspek ketiga yang seringkali mendorong suatu efek bergerak secara agresif, karena seringkali investor mengambil keputusan irasional. Namun, kata dia, harga tersebut akan kembali ke nilai wajar ketika investor sdh lebih tenang dan rasional.

Dia menyarankan investor untuk melakukan perencanaan portofolio investasi dengan baik sesuai kebutuhan dan rencana jangka panjang. Investor juga harus mengalokasikan dana sesuai aset yang dibutuhkan berdasarkan perencanaan keuangan.

Jika ada isu yang berpengaruh negatif terhadap portofolio, sambung dia, maka investor harus melakukan analisis fundamental. Jika secara fundamental tetap tidak berubah, dan perubahan lebih banyak karena sentimen pasar, maka lebih baik tetap pada posisi saat ini sambil terus memantau kondisi fundamental.

"Bahkan jika terjadi koreksi pasar, dapat menjadi saat yang tepat untuk menambah eksposure. Namun jika secara fundamental ada perubahan besar, maka mulai alihkan secara bertahap ke instrumen lain yang lebih rendah risikonya," ujarnya.

Dia menambahkan, saat ini belum ada perubahan pada sisi fundamental ekonomi, di mana GDP masih stabil, inflasi terjaga, potensi rating upgrade lanjutan, dan pemenuhan kewajiban kepemilikan SBN bagi investor institusi tetap menjadi katalis positif bagi pertumbuhan instrumen investasi.

"Untuk itu kami masih tetap melihat potensi pertumbuhan dalam jangka panjang namun tetap berhati-hati dan terus memantau arah ekonomi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper