Bisnis.com, JAKARTA — PT Intiland Development Tbk. (DILD) menargetkan penjualan lahan industri pada tahun ini akan mencapai antara 10 hektare hingga 15 hektare, terutama di kawasan industri Ngoro Industrial Estate.
Archied Notopradono, Direktur Manajemen Modal dan Investasi Intiland, mengatakan perseroan sudah memperoleh sejumlah inquiries atau permintaan dari sejumlah perusahaan industri untuk membali lahan industri di Ngoro.
Dia memperkirakan tahun ini perseroan bisa membukukan penjualan antara 10 ha hingga 15 ha. Dengan estimasi penjualan bisa mencapai 10 ha, marketing sales dari penjualan kawasan industri tahun ini akan mencapai sekitar Rp200 miliar. “Kami sudah dapat inquiries dan track record beberapa tahun ini kita berhasil menjual sekitar itu [jumlahnya],” katanya, Jumat (2/3/2018).
Archied mengatakan, penjualan lahan tahun ini sebagian besar kepada perusahaan industri dengan kebutuhan lahan yang relatif kecil. Ini berbeda dibandingkan tahun lalu yang mana perseroan berhasil menjual kepada satu anchor tenant yakni Toyota Astra Motor seluas 20,3 ha.
Hal ini menyebabkan target perseroan tahun ini diturunkan dibandingkan realisasi tahun lalu. Hanya saja, perseroan meningkatkan harga jual lahan sebesar 5%-7% menjadi sekitar Rp2 juta per meter persegi.
Archied mengatakan, tahun ini perseroan masih fokus pada penjualan lahan yang sudah ada. Perseroan belum akan melakukan ekspansi penambahan cadangan lahan baru di kawasan industri perseroan.
Sementara itu, secara total target marketing sales perseroan tahun ini mencapai Rp3,3 triliun, sebagian besar masih dari penjualan proyek residensial di Jakarta dan Surabaya. Artinya, target penjualan lahan industri tahun ini adalah sebesar 6,1% dari total target marketing sales. Tahun lalu, realisasi marketing sales perseroan adalah senilai Rp2,93 triliun, dengan pendapatan berulang senilai Rp432 miliar.
Archied menilai kebutuhan lahan industri untuk mendukung permintaan produk manufaktur di kawasan timur Indonesia masih cukup tinggi. Kawasan industri perseroan di Ngoro banyak diincar oleh perusahaan-perusahaan yang ingin berekspansi lebih luas di kawasan timur Indonesia. Selain itu, perseroan juga menargetkan pendapatan berulang atau reccuring income senilai Rp547 miliar, meningkat 26% dari realisasi tahun lalu Rp432 miliar.