Bisnis.com, JAKARTA - Setelah resmi mendapatkan izin operasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada akhir tahun lalu, PT PayTren Aset Manajemen langsung tancap gas. Perseroan menargetkan dana kelolaan atau asset under management senilai Rp2 triliun pada tahun ini.
Direktur Utama PT PayTren Aset Manajemen Ayu Widuri mengatakan, pada kuartal I/2018 perseroan akan fokus pada pengembangan dana kelolaan Reksa Dana Safa dan Reksa Dana Falah. Untuk dua reksa dana ini, perseroan menargetkan minimal 500.000 rekening dengan target AUM Rp500 miliar per kuartal II/2018.
"Secara total target kami tahun ini Rp2 triliun," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (19/2/2018).
Dia optimistis target tersebut akan terealisasi, termasuk target 500.000 rekening, mengingat sejauh ini jumlah member PayTren yang sekitar 2 juta. Perseroan akan menjaring investor dari segala sektor, baik dari internal grup maupun investor dari luar.
Selain fokus mengembangkan dua produk tersebut, Paytren juga akan menyempurnakan sistem reksa dana online payOR PAM untuk memfasilitasi masuknya calon investor individual PAM yang juga menjadi member dari grup Paytren.
"Dengan didukung jumlah member grup yang banyak target tersebut akan kami kejar, baik dari internal investor maupun dari luar grup," tegasnya.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Paytren baru meluncurkan dua produk beberapa waktu lalu, yakni Reksa Dana Syariah PAM Syariah Likuid Dana Safa dan Reksa Dana Syariah PAM Syariah Saham Dana Falah.
Paytren bisa dibilang pemain baru dalam industri reksa dana. Perseroan resmi mendapat izin dari OJK pada Oktober tahun lalu berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor Kep 49/D.04/2017. Paytren mendapatkan izin usaha sebagai perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai manajer investasi syariah.