Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas aluminium mengalami pelemahan lebih dari 6% sepanjang tahun berjalan. Analis berpendapat bahwa terjadi kenaikan pasokan di tengah perlambatan konsumsi.
Tercatat, pada penutupan perdagangan Senin (12/2/2018), harga aluminium di London Metal Exchange (LME) naik tipis 2 poin atau 0,09% menjadi US$2.125 per ton, rebound dari pelemahan sesi sebelumnya di level US$2.123 per ton.
Namun, secara year to date (ytd), harga aluminium menurun sebesar 6,31%, terlemah kedua di antara komoditas logam lainnya setelah baja rebar.
Sementara itu, pada tahun lalu, harga aluminium mampu melejit hingga 34% seiring dengan kuatnya pertumbuhan permintaan dan reformasi sisi penawaran dari China.
Paul Adkins, Managing Director of Consultancy di AZ China Ltd mengatakan bahwa pelemahan pergerakan harga aluminium sepanjang tahun ini terjadi lantaran melambatnya permintaan di samping persediaan yang masih menumpuk serta biaya yang mengancam.
“Harga logam [aluminium] akan berada di bawah tekanan, setidaknya sampai akhir Februari,” kata Adkins.
Baca Juga
Berdasarkan data Shanghai Metal Market (SMM) Information & Technology Co, stok di China melebar ke rekor 1,81 juta ton pada pekan terakhir.
Padahal, tercatat pada satu bulan yang lalu, level persediaan sebanyak 1,76 juta ton disebut sebagai level tertinggi. Artinya, peningkatan persediaan terus terjadi hingga saat ini.
Dengan adanya tekanan harga tersebut, China yang memasok separuh dari total aluminium global China kemungkinan akan berupaya meningkatkan pengirimannya ke luar negeri.
Menurut data dari China, ekspor pada Januari 2018 telah tumbuh 14% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.